Akibat Tanggul PT SAL, Seribu Hektar Lahan di Dua Desa Gagal Panen

oleh -60 Dilihat
oleh
Akibat gagal panen, warga melalui kepala desa mengadu di Ginas Lingkungan Hidup Banyuasin.

BANYUASIN, PETISI.CO – Lahan pertanian di dua desa harus mengalami gagal penen, akibat terjangan banjir yang menenggelamkan tanaman jagung dan padi.

Keduan  desa itu adalah Desa Lubuk Lancang Kecamatan Suak Tapeh dan Desa Banjar Sari Kecamatan Pulau Rimau.

Informasi yang dihimpun, banjir yang merendam kebun jagung dan padi para petani ini, akibat buka tutup tanggul yang dipasang PT Sri Andal Lestari (SAL).

Saat terbuka, air dari berbagai penjuru dataran tingi turun dan merendam pertanian warga di dua desa.  Sayangnya, hingga kini belum ada upaya ganti rugi yang diberikan perusahaan sawit tersebut.

Kesal lantaran perusahaan tak kunjung memberikan ganti rugi, Kamis (22/2/2018),  gabungan petani yang diwakili dua Kepala Desa yaitu Kepala Desa Lubuk Lancang dan Kepala Desa Banjar Sari mengadukan persoalan itu ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banyuasin.

Mereka berharap, DLH dapat memanggil perusahaan tersebut.

“Lebih kurang 1.000 hektar sawah dan ladang petani di Desa Lubuk Lancang, sekitar 140 hektar kebanjiran dan gagal panen. Banjir itu akibat tanggul buka tutup yang dipasang PT SAL,” kata Kepala Desa Lubuk Lancang Rusdi Tamrin kepada wartawan.

Dijelaskan dia, tanggul yang dipasang PT SAL itu di perbatasan Desa Tanjung Laut dan Desa Lubuk Lancang yang digunakan petani untuk mencari nafkah.

Menurut dia, sebelum ada tanggul, petani di desanya tidak pernah mengalami kebanjiran.

“Sejak ada tanggul sawah, warga jika musim panas kekeringan, sedangkan musim hujan kebanjiran. Sebab jika musim hujan tanggul ditutup oleh perusahaan, sehingga air tidak bisa mengalir dan merendam sawah petani,” jelas dia.

Dikatakannya, bahwa  banjirnya sawah dan ladang petani ini sudah terjadi sejak November 2017 lalu.

Kata dia, pihaknya sudah menuntut perusahaan untuk mengganti semua kerugian petani, sayangnya perusahaan masih tatap saja cuek dan sepertinya sama sekali tidak ada itikat baik.

“Perusahaan tidak ada iktikad baik. Kami harap perusahaan itu mengganti semua kerugian para petani. Kami dari pemarintah desa tidak bisa berbuat banyak jika masyarakat melakukan aksi demo besar-besaran,” tegas dia.

Ditambahkan Kades Banjar Sari Kecamatan Pulau Rimau Ilyas Nurcholis, bahwa petani mengalami kerugian Rp 11 juta per hektar untuk tanaman jagung. Sedangkan untuk tanaman padi Rp 7,5 juta perhektar.

“Dulu sebelum ada PT SAL, petani sudah menanam padi tidak pernah gagal panen. Sekarang sejak ada PT SAL buat tanggul petani jadi gagal panen. Kami harapan dibuat saluran air baru jangan sampai masuk ke pertanian dan perkebunan warga,” harap dia.

Dijelaskan dia, yang punya lahan pertanian itu adalah Desa Lubuk Lancang, sementara yang bercocok tanam dilahan itu adalah Desa Banjar Sari Kecamatan Pulau Rimau. Bahkan lahan plasma warga Banjar Sari juga kena dampak dari tanggul itu.

“Lahan plasma warga kami juga kebanjiran, kurang lebih 200 KK. Dalam aturan untuk dibuka tutup tanggul itu memang tidak dibeberkan. Kami harap pemerintah dapat menyelesaikan persoalan ini,” harap dia.(roni)