Geothermal Perlu untuk Pengembangan Listrik dan Energi Industri di Pulau Jawa

oleh -43 Dilihat
oleh
Gubernur Jatim Pakde Karwo menyerahkan cinderamata berupa plakat dan kain batik khas Jawa Timur kepada Duta Besar Turki Mehmet Kadri Sander Gurbuz

Pakde Karwo Tawarkan Investasi Bagi Pebisnis Turki

 SURABAYA, PETISI.CO – Gubernur Jawa Timur Dr. H. Soekarwo menawarkan investasi geothermal bagi pebisnis Turki. Geothermal perlu dikembangkan untuk pengembangan listrik dan energi bagi industri di Pulau Jawa.

Penawaran investasi tersebut disampaikan Pakde Karwo, sapaan lekat Gubernur Jatim saat menerima Dubes Turki untuk Indonesia Mehmet Kadri Sander Gurbuz di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Kamis (13/7/2017).

Ia menjelaskan, Negara Turki memiliki perusahaan-perusahaan yang berpengalaman mengelola energi geothermal. Bahkan sebelumnya, salah satu perusahaan dari Turki memiliki ketertarikan untuk berinvestasi geothermal di Gunung Arjuno dan Welirang.

“Kami mempunyai pengalaman kedatangan investor Turki yang akan investasi geothermal di Jatim. Saya harap investasi ini bisa dilanjutkan dan ditindaklanjuti,” ujarnya.

Pakde Karwo menerangkan, terdapat titik-titik yang berpotensi menghasilkan geothermal di beberapa pegunungan di Jatim seperti di Pegunungan Arjuna, Pegunungan Welirang, Gunung Lawu, Gunung Ijen, dan Gunung Argopuro. Potensi yang bisa dihasilkan dari geothermal mencapai 3.200 Megawatt.

Di hadapan Dubes Turki Sander Gurbuz, Pakde Karwo mengatakan, Jatim sudah memiliki hubungan ekonomi perdagangan dengan Turki. Pada tahun 2016, perdagangan Jatim dengan Turki mengalami surplus 22,58 juta dollar AS. Dengan rincian ekspor mencapai 93,50 juta dollar AS dan impor mencapai 70,92 juta dollar AS.

Dalam kinerja perdagangan Jatim-Turki kurun waktu 2013 s.d. Februari 2017, lanjutnya, Jatim hanya mengalami defisit pada tahun 2015 yakni -12,77 juta dollar AS. Sedangkan pada Februari 2017, perdagangan Jatim-Turki surplus 7,71 juta dollar AS.

Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Prov. Jatim, komoditas utama non migas Jatim yang diekspor ke Turki yakni lemak dan minyak hewan/nabati, karet dan barang dari karet, serat staple buatan, bahan kimia organic, serta kayu dan barang dari kayu.

Sedangkan komoditas utama non migas Jatim yang diimpor dari Turki antara lain bahan kimia anorganik, mesin-mesin/pesawat mekanik, hasil penggilingan tembakau, buah-buahan, serta garam, belerang dan kapur.

Menurutnya, masyarakat Indonesia sejak dulu, sudah dekat dengan Turki. Kerjasama Bilateral Indonesia-Turki sudah terjalin dengan baik. Politik keislaman, kebudayaan, industri dan ekonomi sudah mengenal baik. Untuk itu, diharapkan Turki bisa memperkuat kembali hubungan dengan Indonesia, khususnya Jatim.

Sementara itu, Dubes Turki untuk Indonesia Mehmet Kadri Sander Gurbuz mendukung pernyataan hubungan baik dua belah pihak di berbagai bidang, baik politik, ekonomi, budaya, maupun pendidikan. Selain itu, dua negara disamakan dengan kondiai sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar dan menerapkan demokrasi.

“Hubungan dan kondisi tersebut menjadikan kedua negara berhubungan dengan tulus, tidak hanya sekedar mencari uang diantara kedua belah pihak,”ujarnya

Pada kunjungannya kali ini, Dubes Turki Sander Gurbuz menjelaskan, Jatim sebagai daerah yang pertama kali dikunjunginya karena sebagai daerah utama di Indonesia dengan potensi besar untuk saling bekerjasama. Sebagai contoh, kerjasama di bidang konstruksi, energi, perdagangan, dan pariwisata.

Menurutnya, Turki merupakan negara nomor dua di dunia yang memiliki keahlian di bidang konstruksi seperti pembangunan infrastruktur, jalan tol, pelabuhan, airport. “Ini salah satu bentuk kerjasama yang bisa dilakukan Turki dengan Jatim,” jelasnya.

Selain itu, Ia juga melihat bahwa Indonesia membutuhkan tambahan energi. Salah satu ketertarikan pengusaha Turki yakni pengembangan energi Georthermal. (cah/gd)