Jatim Tekankan Kerjasama Bidang SDM dengan Jerman

oleh -55 Dilihat
oleh
Gubernur Jawa Timur Dr. H Soekarwo menerima kunjungan Dubes Jerman Michael Von Ungern Sternberg di Gedung Grahadi Surabaya

SURABAYA, PETISI.CO– Jatim memiliki masalah serius di bidang Sumber Daya Manusia/SDM. Dimana, sebanyak 38 persen tenaga kerja di Jatim tidak punya keterampilan khusus atau unskilled. Untuk meningkatkan kualitas SDM di Jatim, Pemprov Jatim terus meningkatkan  kerjasama dengan Jerman khususnya di bidang  pendidikan vokasional.

“Kami ingin   ada   kerjasama   pendidikan   vokasional   dengan   Jerman  misal pelatihan jangka pendek selama enam bulan. Target kami, Tahun 2020 mendatang 38 persen tenaga unskilled  ini bisa diturunkan menjadi 10 persen,” terang Pakde Karwo-sapaan akrab Gubernur Jatim saat menerima kunjungan Duta besar Jerman untuk Indonesia, Michael Freiherr von Ungern-Sternberg di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Kamis (8/6).

Pakde Karwo mengatakan, kerjasama ini sendiri telah berjalan sebelumnya. Salah satunya dalam hal pelatihan bagi siswa SMK dan pelatihan pembuatan produk melalui Balai Latihan Kerja (BLK) mini. Ke depan, ia berharap kerjasama ini bisa terus ditingkatkan, terutama dalam meningkatkan kualitas SMK di Jatim.

Di bidang investasi, lanjut Pakde Karwo, Pemprov Jatim telah dan akan memberikan empat  jaminan   bagi   investor  Jerman   yang   akan   menanamkan investasinya di Jatim. Empat jaminan tersebut yaitu soal perijinan, lahan,  power plan  atau   ketersediaan   listrik,   serta   iklim   buruh   yang   kondusif.

“Soal perijinan  semua diurus  oleh Pemprov dengan terukur   dan   terstandar, kemudian soal ketersediaan listrik, di Jatim sendiri ada 2.800 megawatt,” jelasnya.

Ditambahkannya, sejak Tahun 1974 sampai April 2017, ada 35 perusahaan  Jerman   yang  berinvestasi  di   Jatim,  dengan  total  investasi  sekitat  156  juta   USD. Sementara   di   bidang   perdagangan,   dari   bulan  Januari   sampai   April  2017,   Jatim  defisit lebih 24 juta USD dengan Jerman. Dimana ekspor sebesar 100 juta USD dan impor sebesar 124  juta USD.  “Impor ini sebagian besar berupa mesin industri,” katanya.

Sementara   itu,   Dubes   von   Ungern-Sternberg,   menyambut   baik   kerjasama Pemprov Jatim dengan Jerman terutama soal pendidikan vokasional. Menurutnya, kurikulum pendidikan vokasional di Jerman disesuaikan dengan industri yang ada. Dimana, sebanyak 2/3 pendidikan vokasional dilakukan di perusahaan atau industri yang ada.

“Di Jerman ada kerjasama antara sekolah dengan perusahaan, sehingga  siswa lebih banyak praktek,” jelasnya.

Dalam   pertemuan   ini,   Dubes   von   Ungern-Sternberg   juga   membahas   soal  pembangunan   energi   baru,   seperti   pemanfaatan   energi   geothermal.   Hal   ini  dikarenakan iklim atau  cuaca di Indonesia, terutama Jatim,  sangat baik. Ia  juga  menyambut baik komitmen Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim global.

Terkait impor mesin yang dilakukan  Jatim, Dubes von Ungern-Sternberg mendukung  langkah ini.  Menurutnya,  kualitas mesin  buatan  Jerman sangat baik  dan terjamin. Selain itu, Jerman termasuk tiga negara besar pengekspor mesin.

“Jadi keputusan anda membeli mesin dari Jerman sangat tepat,” terangnya.

Bahas Pluralisme

Pluralisme  menjadi salah satu isu yang menarik  perhatian Dubes von Ungern-Sternberg saat bertemu   Gubernur Soekarwo. Ia  menggambarkan bagaimana akhir-akhir ini pluralisme menjadi isu hangat di Indonesia. Ditambah, banyak teror yang menimpa sejumlah negara di Eropa, dan terakhir kemarin di UK. Ia meminta pendapat Pakde Karwo terkait masalah ini, ditambah Jatim terdiri dari banyak etnis dan budaya.

Menjawab pertanyaan Dubes von Ungern-Sternberg, Pakde Karwo  menjelaskan bahwa di Jatim, pluralisme   bisa  dikembangkan   dengan baik. Salah  satu   solusi   menghadapi   pluralisme   adalah   dengan   kebudayaan   dan   membuka ruang  publik.

“Di Indonesia, Islam sangat  moderat  karena  berakulturasi  dengan kultur masyarakat. Jadi dasarnya   adalah adalah kultur atau budaya, bukan kekerasan atau perang,” ungkapnya.

Di Jatim sendiri, lanjut Pakde Karwo, yang dikedepankan adalah dialog atau musyawarah   mufakat. Ketika  ada  masalah, pemimpin  membuka  diskusi  dengan masyarakat melalui ruang publik. Solusinya bukan hanya dari peraturan tapi juga  budaya.

“Kalau budaya, kita semua adalah keluarga besar,” kata Pakde Karwo.

Ditambahkannya,  selama tiga tahun  terakhir, Jatim  dianggap  oleh pemerintah   pusat sebagai provinsi yang paling kondusif dan aman. Pakde Karwo mencontohkan, di Jatim sendiri ketika ada demonstrasi,   gubernur atau wakil gubernur akan melakukan dialog dengan para demonstran.

“Ketika ada demo kami akan melakukan kontrak  atau perjanjian dengan demonstran, sehingga tidak sampai anarkis,” tutupnya. (cah/dewi)