Ketentuan Harga Buku Pelajaran Muatan Lokal Jatim Membingungkan

oleh -95 Dilihat
oleh
Pergub dinilai kabur, harga buku muatan lokal membingungkan.

Pergub Dinilai Kabur, Dimanfaatkan ‘Penerbit Nakal’

 SIDOARJO, PETISI.CO – Bahasa daerah, yang merupakan salah satu mata pelajajaran di sekolah,  khususnya Sekolah Dasar kelas 1 sampai dengan kelas 6 di Jawa Timur disediakan oleh sekolah, dengan menggunakan dana BOS (biaya operasional sekolah) di masing-masing kabupaten/kota.

Dari penelusuran tim investigasi petisi di beberapa kabupaten/kota di Jawa Timur, telah ditemukan adanya perbedaan harga jual buku siswa dengan judul buku  Tantri Basa.

Dalam buku pelajaran yang sekarang sudah beredar di masyarakat tersebut juga disampaikan dasar pemakaiannya, yaitu Peraturan Gubernur (Pergub) Jatim No. 19 Tahun 2014.

Dari data temuan tim menunjukkan, bahwa harga jual oleh rekanan penjual dengan harga jual yang tertera di faktur penjualan Rp 22.500,00 di salah satu lembaga pendidikan penerima dana BOS 2017 Kabupaten Sidoarjo,  sedangkan di Kota Mojokerto dengan harga Rp 25.000,00.

Mengutip ketentuan Mendikbud tentang Harga Eceran Tertinggi (HET) Buku Teks Pelajaran, bahwa untuk menjamin pengendalian Harga Buku Teks Pelajaran secara wajar, perlu dibuat Harga Eceran Tertinggi.

Dari temuan tersebut, Tim melakukan klarifikasi ke Diknas Kota Mojokerto yang ditemui oleh Sunardi, selaku Sekretaris Diknas Kota Mojokerto. Menurutnya, bahwa pihak Diknas Kabupaten/Kota hanya menerima SK Gubernur, tanpa lampiran katalog harga buku yang dimaksud.

Tim Investigasi menanyakan dasar penentuan harga diperoleh dari mana tanpa ada catalog? Menurutnya, kalau harga ditentukan dari penerbit.

Kondisi di lapangan ini, membuat masyarakat, khususnya para orang tua siswa resah. Disaat semua harga-harga kebutuhan naik, kenapa harga buku yang seharusnya bisa dijangkau masyarakat bawah, sampai tidak ada patokan yang baku.

“Kami hanya bisa nggerundel dengan harga buku yang terlalu mahal, padahal untuk keperluan anak sekolah, harus beli banyak buku,” ujar beberapa orang tua siswa yang mengeluh kepada petisi.(sriyanta/gogot/bersambung)