Mengerucutkan Calon, Jelang Pilgub Jatim 2018

oleh -51 Dilihat
oleh

Oleh : Sokip SH*

Jelang pemilihan Gubernur Jawa Timur (Jatim) pada 27 Juni  2018 mendatang, suhu perpolitikan di provinsi paling timur Pulau Jawa sudah mulai memanas.Berbagai tokoh publik, baik yang berlatar belakang partai politik, tokoh agama, tokoh birokrat dan tokoh dadakan pun muncul. Mereka berlomba-lomba untuk jual tampang, berpura-pura ramah, bijak dan peduli kepada penderitaan rakyat.

Bahkan, ada juga yang mendadak, menjadi sok akrab dengan melakukan rangkaian kunjungan ke beberapa daerah di Jawa Timur untuk bersilaturahmi (dibaca : meminta dukungan) ke para ulama dan  kiai, yang memang memiliki basis nyata para santri.

Ada lagi yang dengan statusnya sebagai  pejabat di pemerintah, calon ini melakukan kegiatan yang ‘seolah-olah’ menjalankan tugas pemerintahan. Padahal melakukan ‘kampanye terselubung’. Buktinya, calon ini juga bagi-bagi  bungkusan yang ada gambar dan slogan sang calon tersebut.

Gelagat para calon untuk mencari simpati dan dukungan dari rakyat, kini sudah mulai dirasakan oleh masyarakat Jawa Timur.  Kebanyakan dari para calon ini adalah wajah lama yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Jawa Timur.

Dari nama-nama yang kini mulai muncul dipermukaan, ada  Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Khofifah Indar Parawansa (KIP), Tri Rismaharini, La Nyala Mahmud Mattalitti, Nurwiyatno, Abdullah Azwar Anas, H Suyoto, Nyono Suharli, Kelana Aprilianto dan lainnya.

Masyarakat Jawa Timur, dengan nama-nama tersebut sudah tak asing. Apalagi Gus Ipul yang sudah dua periode mendampingi Gubernur Soekarwo memimpin Jawa Timur.  Juga nama Khofifah Indar Parawansa (KIP)  yang juga Ketua Muslimat NU dan dua kali menjadi calon gubernur yang ‘harus’ kalah, melawan Pakde Karwo.

Dengan berakhirnya masa jabatan Pakde Karwo, setelah dua periode memimpin Jawa Timur, sebenarnya, siapa nama-nama yang bakal memiliki dukungan kuat dari masyarakat, sudah bisa ditebak.

Yang kini sudah terang-terangan mau maju sebagai calon dan sudah mendapat dukungan partai adalah Gus Ipul. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) melalui Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, menyatakan dukungannya.

Halim Iskandar yang tak lain adalah kakak kandung Muhaimin Iskandar yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PKB Jawa Timur, harus  pasrah, mimpinya untuk maju calon gubernur kandas.

Halim yang sebelumnya digadang-gadang maju menjadi gubernur dari PKB, namun para kiai NU Jawa Timur lebih menghendaki mengusung Gus Ipul. Kini tugas baru Halim adalah ‘menjual’ Gus Ipul ke partai-partai politik, walau kenyataannya, belum maksimal untuk mendapatkan dukungan partai politik.

Kedekatan Gus Ipul dengan Pakde Karwo, karena dua periode berpasangan pimpin Jatim, tentunya menjadi modal tersendiri bagi Gus Ipul, untuk melirik dukungan Partai Demokrat Jatim yang dikomandani Pakde Karwo.

Bagi Pakde Karwo sendiri, jika yang menjadi gubernur Gus Ipul, akan lebih menguntungkan. Selain  program-program yang tertunda  akan diteruskan Gus Ipul, juga bisa menjadi  ‘pengaman’   atas berbagai persoalan selama menjabat, jika sewaktu-waktu muncul.

Tidak heran kalau Pakde Karwo sempat memunculkan gagasan calon tunggal, untuk pemilihan gubernur mendatang. Walau sebenarnya, gagasan ini terlalu riskan disampaikan di saat Jatim memiliki banyak tokoh hebat untuk posisi gubernur.

Pakde Karwo yang diakui banyak pihak memiliki kelebihan di berbagai bidang, dalam penentuan  siapa yang akan menggantikan kedudukannya, bisa jadi akan berperan. Walau tidak nampak di permukaan.

Diakui atau tidak, Pakde Karwo juga memiliki jaringan yang luas, baik di jaringan ulama, organisasi kepemudaan, jaringan di birokrasi dan lainnya.  Inilah yang perlu dicermati, saat muncul calon-calon, yang nota bene, mereka punya kedekatan dengan Pakde Karwo.

Seperti tampilnya pengusaha La Nyalla Mahmud Mattalitti, yang akhir-akhir ini rajin silaturahmi ke pondok pesantren (Ponpes) di beberapa kabupaten di Jatim. Selain dikenal memiliki jaringan kuat dan fanatik, Ketua Kadin Jawa Timur ini juga memiliki kemampuan manajerial pembangunan yang mumpuni.

Juga munculnya nama birokrat  Nurwiyatno, Kepala Inspektorat Provinsi Jawa Timur, untuk maju menjadi gubernur. Nurwiyatno  yang juga mantan Plt Wali Kota Surabaya  mendaftar sebagai bakal calon gubernur melalui Partai Demokrat, Minggu (16/7/2017). Ketua Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) Jawa Timur ini berjanji akan melakukan silaturahmi politik ke partai-partai serta tokoh-tokoh di Jawa Timur.

Jangan sampai, munculnya calon-calon tersebut hanya untuk bisa ‘mengumpulkan’ dukungan yang nantinya akan mengerucut ke salah satu calon. Yang tidak menutup kemungkinan, juga terjadinya ‘transaksi‘ dukungan, termasuk partai politik pendukungnya.

Calon yang tidak bisa dianggap remeh adalah munculnya KIP, yang kini sudah mulai gerilya di kantong-kantong berbasis NU di Jawa Timur.  KIP yang dua kali bertanding melawan Pakde Karwo di pemilihan gubernur, jika benar-benar maju sebagai calon gubernur, dipastikan akan memiliki dukungan riel yang kuat.

Apalagi dengan kiprah KIP yang saat ini  menjadi Menteri Sosial, yang menunjukkan kinerja sangat luar biasa. Bahkan, di mata Presiden Joko Widodo, kinerja KIP termasuk salah satu dari sekian menteri yang cukup baik.

Walau sampai saat ini KIP masih malu-malu untuk fulgar mencalonkan diri, tentunya memiliki alasan tersendiri, sambil melihat dinamika politik yang sewaktu-waktu bisa berubah.

Menurut KIP, terkait  khabar maju dalam Pilkada, ia masih menunggu waktu, dan saat ini tetap akan memaksimalkan tugasnya sebagai Menteri Sosial. “Saya akan memaksimalkan tugas saya di Kemensos,” itulah kata yang sering terucap saat ditanya wartawan.

Akan tetapi, dibalik tugas-tugas kenegaraan yang dijalaninya, KIP juga mengaku sudah berkomunikasi dengan berbagai partai politik, baik dengan Ketua Parpol Nasdem Surya Paloh, Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, dari Hanura maupun PDI Perjuangan.

Bahkan, ada beberapa partai politik yang sudah menyatakan melirik KIP, seperti Partai Golkar, Nasdem dan Partai Amanat Nasional (PAN). Tentu saja, banyak alasan bagi partai-partai besar itu untuk ‘ jatuh hati’ pada KIP. Selain memiliki peluang besar untuk memenangkan pemilihan gubernur, juga sebagai ‘orang bersih’ dan punya kualitas kepemimpinan yang kuat.

Tak heran kalau, munculnya KIP ini menjadi kegundahan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, yang  meminta KIP tidak maju dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur 2018.

Muhaimin saat halalbihalal di Jakarta,  beberapa waktu lalu, juga mengaku menyampaikan kepada Presiden Joko Widodo agar tidak mengizinkan KIP berlaga dalam Pilkada di Jatim tahun depan.

Bisa dipastikan, jika saatnya nanti, KIP menyatakan untuk maju dalam Pilkada Jatim 2018,  dinamika perpolitikan di Jatim semakin seru. KIP yang memiliki kuantitas dukungan fanatik, akan berhadapan Gus Ipul dengan ‘kelompok kemapanannya’. (#)

 *Penulis adalah direktur  Surat Kabar Umum PETISI