Semangat Kesetiakawanan Sosial Masyarakat Jatim Cukup Tinggi

oleh -54 Dilihat
oleh
Pakde Karwo mendampingi Mensos RI dalam acara Gala Dinner HKSN di Grahadi

SURABAYA, PETISI.CO – Gubernur Jawa Timur, Dr. H. Soekarwo bangga kepada masyarakat Jatim yang memiliki semangat kesetiakawanan sosial yang tinggi. Kebanggaan itu kian kuat dirasakannya setelah melihat secara langsung bagaimana masyarakat saling bahu-membahu dalam penanganan dan pemulihan pasca bencana banjir di Kab. Pacitan.

“Saya yakin semangat kesetiakawanan sosial kita berada pada posisi yang kuat, ini ditunjukkan oleh masyarakat Jatim saat bencana banjir di Pacitan beberapa waktu lalu, semangat itu begitu luar biasa” kata Pakde Karwo, sapaan akrab Gubernur Jatim saat Malam Refleksi Kesetiakwanan Sosial di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin (19/12) malam.

Pakde Karwo mengatakan, bencana banjir dan longsor di Kab. Pacitan terjadi pada tanggal 27-29 November lalu, bencana itu mengakibatkan 6.603 rumah rusak berat, 25 orang meninggal, dan kerugian-kerugian lain yang tidak bisa dinilai, seperti tempat-tempat ibadah.

Musibah itu membangkitkan semangat kesetiakawanan sosial dari masyarakat kabupaten tetangga, seperti Ponorogo, Trenggalek, Madiun, dan Tulungagung. Mereka datang ke Pacitan, kemudian dibantu TNI dan TAGANA membangun dapur umum, lalu membagikan makanan kepada masyarakat yang tertimpa musibah.

“Ini yang membuat saya tersentuh, masyarakat tidak membuat garis saat tetangganya ada yang sedang kesusahan. Para kiai juga terjun memberikan dakwah yang mengademkan suasana, menyampaikan bahwa musibah ini adalah ujian. Inilah contoh pemulihan fisik dan rohani bisa berjalan bersama-sama,” kata Pakde Karwo.

Semangat kesetiakawanan sosial ini, lanjut Pakde Karwo, harus terus dipelihara dan diimpelemntasikan secara kontinu, bukan hanya muncul pada saat suasana tertentu atau ketika terjadi musibah saja. “Banyak hal yang bisa kita lakukan dalam rangka memelihara kesetiakawanan sosial ini,” lanjutnya.

Dicontohkan, saat ini Indonesia sedang mengalami musim hujan yang berpotensi memunculkan penyakit Demam Berdarah (DB). Semangat kesetiakawanan sosial bisa dibangkitkan melalui pencegahan DB. Masyarakat diharapkan bergerak cepat untuk mencegah penyakit tersebut.

“Jangan tunggu kasus DB terjadi, baru dilakukan bersih-bersih got. Lakukanlah sejak sekarang, contohlah Mojokerto yang sudah 10 tahun bebas DB karena punya mantra Jentik, yaitu ibu-ibu rumah tangga yang rutin mengecek dan membersihkan jika ada jentik DB,” tambahnya.

 Dalam kesempatan ini, Menteri Sosial RI, Khofifah Indar Parawansa mengajak masyarakat untuk terus meningkatkan semangat kepedulian dan berbagi kepada sesama. Pasalnya, semangat itu bisa memperkuat nilai-nilai kesetiakawanan sosial di era globalisasi saat ini.

“Berbagi bukan berarti kita ini lebih dari orang yang kita beri, tapi berbagi itu karena kita ini manusia yang punya hati. Jadi, mari kita berbagi,” katanya.

Ditambahkannya, makna Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional adalah untuk merevitalisasi kembali kesetiakawanan sosial “Ada nilai-nilai kegotongroyongan yang tergerus nilai-nilai individualisme. Maka saya harap ini bisa merevitalisasi nilai-nilai kesetiakawanan sosial, nilai-nilai solidaritas sosial, nilai-nilai kepedulian sosial,” katanya.

Malam refleksi Kesetiakawanan Sosial ini menghadirkan empat narasumber, yakni seniman ‘Celurit Emas’, KH Zawawi Imron dari Madura, Achmad Syahrani dari Banjarmasin, Acil Band “Bimbo” dan pengamat komunikasi Suko Widodo. Mereka dipandu moderator Effendi Ghazali.

KH Zawawi Imron mengatakan, semangat kesetiakawanan sosial bisa dimulai dengan cara tersenyum kepada sesama. “Siapa yang tersenyum, itu tidak akan punya musuh. Pasalnya, senyum bisa menghapus kebencian. Hadirkanlah kesetiakawanan sosial melalui senyum yang tulus,” katanya.

Dengan gaya puitisnya, Zawawi juga mengungkapkan keindahan negeri Indonesia yang tidak banyak dipunyai oleh negara lain. Bahkan jauh sebelum syair lagu ‘Tanah Kita Tanah Surga’, ada seorang professor dari mesir yang memuji keindahan Indonesia yang bagaikan potongan surga. Oleh karena itu bangsa Indonesia wajib mensyukurinya.

Budayawan asal Jawa Barat Acil Bimbo atau Darmawan Hardjakusumah mengatakan, dirinya sangat prihatin dengan keadaan bangsa Indonesia yang dulu terkenal baik, kini sudah banyak yang berubah, menjadi kasar dan beringas serta cenderung konflik. “Jadi yang terpenting hari ini adalah bagaimana membangun kebersamaan, “ujarnya

Sementara itu, Pengamat Politik, Suko Widodo mengatakan, dirinya bangga karena Indonesia masih ada hingga sekarang, meskipun jaman telah berganti, pikiran-pikiran begitu terbuka, pola komunikasi berubah, dan teknologi berkembang begitu pesatnya.

“Dengan perubahan-perubahan itu, ditambah jumlah ratusan suku bangsa, Indonesia masih berdiri. Itu artinya kesetiakawanan sosial juga masih terpelihara,” pugkasnya. (cah/adit)