TMMD untuk Menekan Angka Putus Sekolah di Seloprojo Ngablak Magelang

oleh -58 Dilihat
oleh
Pengerasan jalan dalam program TMMD Sengkuyung Tahap III Tahun 2017

MAGELANG, PETISI.CO – Pengerasan jalan dalam program TMMD Sengkuyung Tahap III Tahun 2017 Kabupaten Magelang diharapkan mampu mengurangi jumlah angka putus sekolah di Dusun Pranten, Seloprojo.

Akses jalan yang ada saat ini lumayan buruk menjadi salah satu penyebab sejumlah anak di Dusun Pranten Desa Seloprojo putus sekolah.

Pranten, sebuah dusun yang masuk wilayah Desa Seloprojo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang adalah salah satu potret dimana anak-anak banyak yang mengalami putus sekolah.

Kondisi geografis Dusun Pranten yang berada diperbukitan barat laut Telomoyo menjadi salah satu penyebab terhambatnya pembangunan infrastruktur penunjang pendidikan.

Dengan jumlah penduduk saat ini yang berjumlah lebih kurang 140 kepala keluarga atau 540 jiwa,  Dusun Pranten hanya ada satu sekolah yaitu MI Ma’arif Seloprojo 2. Sedangkan untuk sekolah lanjutan baik menengah pertama ataupun sekolah menengah atas adanya di Ngablak ataupun Grabag dengan jarak yang cukup jauh.

Akses jalan kampung dari Pranten menuju jalan utama Grabag – Ngablak yang berjarak lebih kurang lima kilo meter dalam kondisi rusak yang cukup parah. Sepanjang jalan yang membelah hutan pinus tersebut  terkesan sangat sepi dan cukup mengkhawatirkan.

Bisa dibayangkan betapa gelisahnya setiap warga Pranten, sebagai  orang tua yang mempunyai anak yang baru masuk SMP. Perjalanan dari Pranten menuju sekolah di Grabag atau Ngablak harus menempuh jarak puluhan kilo meter.

Mahmudi (35), penggiat LSM Pembangunan yang juga warga Pranten mengungkapkan perasaan sedihnya menghadapi kondisi seperti ini.

Menurut Mahmudi, lulus MI adalah suatu hal yang sudah lebih dari cukup. Karena untuk menuju jenjang SLTP atau SLTA membutuhkan perjuangan lumayan berat. Bagaimana tidak, sebagai orang tua pasti tidak akan tega melihat anaknya berangkat sekolah dengan berjalan kaki menyusuri jalan rusak nan sepi, jalan yang membelah hutan pinus.

Perasaan yang sama juga dirasakan oleh, Suprayitno (57) yang sudah beberapa tahun belakangan ini menjabat sebagai Depala Dusun Pranten.

Bagi Suprayitno, membiarkan anaknya yang baru menginjak Kelas 7 berangkat kesekolah sendiri sangatlah tidak mungkin. Tapi kalau harus mengantar dan menjemput juga sulit dilakukan, mengingat tidak semua orang tua mempunyai kendaraan sepeda motor.

Kini, dengan dimulainya TMMD sedikit banyak memberikan harapan bagi warga Pranten. “Walaupun belum sepenuhnya memberikan solusi, namun dengan adanya, program TMMD ini para pejabat berwenang bisa mengetahui permasalahan yang dihadapi warganya,” ungkap Mahmudi.

Dengan dimulainya TMMD Sengkuyung ini, Mahmudi berharap akan ada peningkatan minat dan keberanian para orang tua untuk menyekolahkan anak – anaknya setelah lulus MI. Dengan dibangunnya jalan yang menjadi jalur utama Pranten – Grabag – Ngablak maka salah satu kendala sudah sedikit teratasi.

Baik Mahmudi maupun Suprayitno berharap agar dimasa yang akan datang pemerataan pembangunan supaya benar – benar dirasakan. Terutama untuk memajukan dan meningkatkan dunia pendidikan bagi anak – anak Pranten.(olive)