SURABAYA, PETISI.CO – Uji coba pembelajaran dengan tatap muka sudah mulai dilaksanakan. Setidaknya ada 14 sekolah SMP, baik negeri mau pun swasta di Kota Surabaya yang melaksanakan kegiatan tersebut.
Metode yang digunakan dalam simulasi ini adalah Blended Learning, yaitu perpaduan antara proses belajar mengajar secara langsung dan melalui daring.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Supomo mengatakan, kegiatan ini sebagai bentuk tahap persiapan pelaksanaan sekolah tatap muka di tengah masa pandemi Covid-19.
“Dengan harapan kami mendapatkan gambaran yang utuh apabila nanti sekolah dibuka dalam masa pandemi,” kata Supomo saat meninjau simulasi PBM (proses belajar mengajar) tatap muka di SMPN 1 Surabaya, Senin (7/12/2020)
Ada pun beberapa persyaratan yang dicantumkan dalam berlangsungnya proses PMB, yaitu siswa siswi diharuskan berada dalam kondisi sehat dan telah mengikuti tes swab dengan hasil negatif.
“Kemudian ada persetujuan oleh orang tua. Jadi mereka semua (pelajar) yang datang di sekolah tatap muka harus mendapat persetujuan dari orang tua. Kemudian ada persetujuan dari komite sekolah dan selebihnya sarana prasarana protokol kesehatan harus disiapkan dengan kalkulasi jumlah murid yang datang,” imbuhnya.
Persyaratan itu tidak hanya berlaku bagi pelajar di masing-masing sekolah saja, tetapi juga kepada para guru.
Rencananya tahapan simulasi belajar tatap muka ini akan dilaksanakan hingga 14 hari mendatang. Selain itu, melalui proses ini diharapkan pihaknya bisa memperoleh gambaran keseluruhan ketika siswa mengikuti pembelajaran di sekolah.
“Misalnya ketika anak-anak keluar dari kelas maupun ke kamar mandi, kemudian ketika mereka istirahat di kelas. Sehingga kita dapat gambaran, dan apa yang kita lakukan ini agar benar-benar bisa mengendalikan penyebaran Covid,” terang dia.
Simulasi pembelajaran ini kata dia, memang dilakukan di 14 sekolah tingkat menengah pertama yang tersebar di lima wilayah Surabaya, yaitu Surabaya Pusat, Barat, Timur, Selatan, dan Utara. Sedangkan siswa yang ikut dalam kegiatan uji coba ini jumlahnya terbatas.
“Jadi ini memang kita buat menyebar (lima wilayah Surabaya), agar kita mendapatkan gambaran kehadirannya mereka. Semuanya kelas IX, karena kami melihat mereka yang paling urgent untuk kemudian dilakukan sekolah tatap muka,” imbuhnya.
Sementara itu, Akhmad Suharto selaku Kepala SMPN 1 Surabaya menyebut, jika kegiatan simulasi tatap muka di sekolahnya sejauh ini tak ditemukan kendala apa pun.
“Alhamdulillah berjalan lancar, seluruh siswa dalam kondisi sehat. Sebelumnya telah di-swab oleh Pemkot Surabaya. Yang mengajar juga guru-guru umurnya di bawah 50 tahun,” kata Suharto.
Para pelajar yang hadir dalam simulasi hanya berjumlah 18 orang pelajar kelas IX. Sedangkan lainnya, mereka masih menjalani rutinitas pembelajaran secara daring.
“Dari seluruh siswa kelas IX sebanyak 405 anak itu materinya sama, antara yang berada di rumah dan sekolah. Jadi siswa yang berada di rumah juga menerima pembelajaran yang sama,” ungkap dia.
Pihaknya juga menyiapkan sarana prasarana protokol kesehatan. Seperti, pengecekan suhu tubuh menggunakan thermo gun, bilik sterilisasi, tempat cuci tangan, penerapan jaga jarak di kelas, hingga akses jalan One Way atau satu arah.
“Sarana dan prasarana (protokol kesehatan) sudah disiapkan Pemkot Surabaya. Hari ini mata pelajaran jam pertama 90 menit dan kedua 60 menit. Sementara ini tidak ada kendala apapun dan berjalan dengan lancar,” ungkap dia.
14 SMP di Surabaya yang melaksanakan simulasi belajar mengajar tatap muka di sekolah itu terdiri dari 11 SMP Negeri dan 3 SMP Swasta. Rinciannya yakni, SMPN 1 Surabaya, SMPN 2 Surabaya, SMPN 3 Surabaya, SMPN 10 Surabaya, SMPN 12 Surabaya, SMPN 15 Surabaya, SMPN 19 Surabaya, SMPN 26 Surabaya, SMPN 28 Surabaya, SMPN 46 Surabaya dan SMPN 62 Surabaya. Sementara lembaga pendidikan swasta, terdiri dari SMP 17 Agustus 1945 Surabaya, SMP YBPK 1 Surabaya dan SMP GIKI 2 Surabaya. (nan)
