SURABAYA, PETISI.CO – Sistem pelayanan yang dilakukan Rumah Sakit (RS) maupun tempat layanan kesehatan lainnya dalam menangani pasien agar tidak terpapar virus corona atau Covid-19 perlu dibenahi. Pembenahan perlu dilakukan agar angka kematian tenaga kesehatan (nakes) tidak meningkat.
“Kematian nakes tak bisa dilepaskan kematian secara umum,” kata Koordinator Rumpun Kuratif Satgas Penanganan Covid-19 Jawa Timur (Jatim), dr Joni Wahyuhadi kepada wartawan di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Senin (21/9/2020).
Berdasarkan data yang diumumkan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Pusat per tanggal 31 Agustus 2020, menyebutkan angka kasus dokter yang meninggal tertinggi di Jatim dengan total 27 kasus.
Dari data tersebut, kasus terbanyak terjadi di luar rumah sakit atau dalam penanganan pasien Covid-19 di Ruang Isolasi Khusus (RIK) di RS Rujukan.
Rinciannya, praktik pribadi tujuh kasus setara 26 persen, enam dokter Puskesmas setara 22,2 persen, dokter spesialis lima kasus setara 18,5 persen, dokter UGD empat kasus setara 14,8 persen, tidak praktik tiga kasus setara 11,1 persen, dan dua kasus PPDS setara 7,4 persen.
“Di RSUD Dr. Soetomo saja jumlah kematian berkorelasi dengan banyaknya kasus di Soetomo. Oleh karena itu harus diturunkan kasusnya, caranya ya masyarakat harus taat protokol kesehatan,” ujarnya.
Joni menilai, angka kasus di luar penanganan di RIK atau UGD Covid-19 banyak karena menjadi kewenangan masing-masing dokter. Sehingga, banyak pula dokter yang tidak menggunakan APD lengkap karena menganggap pasien yang datang tidak membawa Covid-19.
Padahal, angka kasus orang tanpa gejala (OTG) sangat tinggi. “Artinya dimanapun harus menegakkan protokol kesehatan, karena banyak dokter praktek yang ignore,” ujarnya.
Di sisi lain, Joni mengaku, tak sedikit pula dokter yang meninggal karena penyakit penyerta. “Tempat praktek harus jadi fokus karena 28 persen dan akan disupervisi oleh IDI agar nakes tempat praktek mendapat proteksi. Kemudian dokter komorbit harus tahu diri, proteksi harus ketat, dan rutin cek,” imbuhnya.
Khusus di RS, Joni meminta kepada para dokter untuk membuat ruang-ruang khusus penanganan Covid-19. Ia mencontohkan di RSUD Dr Soetomo ada UGD untuk umum, kemudian UGD khusus Covid-19, dan ruang penapisan.
“Dengan ini, maka tidak akan ada penularan dan memunculkan klaster rumah sakit,” tandas pria yang juga Dirut RSUD Dr Soetomo ini. (bm)