Agus Rahmadi, Relawan Penjaga Rel KA Tanpa Palang Pintu di Jalan Raya Gendoh

oleh -190 Dilihat
oleh
Agus Rahmadi, Relawan Penjaga Rel KA Tanpa Palang Pintu

BANYUWANGI, PETISI.COKepadatan jalur lalu lintas yang terdapat perlintas kereta api tanpa palang pintu dari PT. Kereta Api Indonesia (KAI) menampilkan sosok Agus Rahmadi (54), asal Dusun Klontang RT 02RW 02, Desa Gendoh, Kecamatan Sempu, Banyuwangi.

Siapapun yang melintas dilintasan rel kereta api di Jalan Raya Gendoh, tepatnya di Dusun Tegalmojo, Desa Gumirih, Kecamatan Singojuruh. Merupakan jalur utama, bagi masyarakat yang hendak berpergian dan merupakan jalur utama penghubungi ke beberapa wilayah, mulai Kecamatan Genteng, Sempu, dan Rogojampi.

Pria paruh baya, biasa dipanggil Pak Agus ini, mengabdikan diri menjadi relawan rel kereta api tanpa palang pintu sudah 11 tahun lamanya. Berapa gaji dan honornya? Pak Agus mengaku tidak ada yang menggaji, pendapatan yang diterima, hanya mengandalkan rejeki dari pemberian orang, ala kadarnya.

“Ada yang melempar uang receh, ada pecahan kertas 1000 atau 2000,” aku Pak Agus ditemui petisi.co,  Kamis (22/6/2017).

Yang diyakini oleh kakek dari 7 cucu dari 5 orang anak kandung ini, bahwa rejeki dari Allah SWT pasti akan diberikan padanya lewat orang lain. “Cukup untuk menyambung hidup makan sehari,” imbuhnya.

Pada musim menjelang lebaran atau Hari Raya Idul Fitri dari tahun ketahun, Pak Agus mengaku akan selalu menyiapkan fisiknya. Kendati kepadatan arus kendaraan yang melintas di area perlintasan rel kereta api padat. Dengan menjaga kelancaran selama arus mudik dan arus balik selama hari raya, Pak Agus rela selama 40 hari berada di perlintasan tanpa palang pintu tersebut. Kerja mengabdi, mulai pukul 03.30 WIB (dini hari) hingga malam hari pukul 23.30 WIB. Setiap hari ada 14 kali kereta api dari berbagai macam yang melintas dikawasan tersebut. “Sebelum 20 menit kedatangan kereta api, saya sudah standby. Dan dengen bendera dan rompi tugas yang dibelinya memberitahu pengendara motor roda dua dan empat, kereta api segera melintas,” jelasnya.

Meski jasanya begitu besar saat menjaga perlintasan agar tidak ada musibah ataupun hal yang tidak diinginkan.

Namun, disisi lain, Pak Agus mengaku pernah dicemooh oleh pengendara yang tergesa gesa jika ada kereta api. Bahkan dia, mengaku pernah ditabrak pengendara motor sebanyak tiga kali.

Harapan Pak Agus, kedepan perlintas rel kereta api Gendoh ini, mendapat perhatian dari PT. Kereta Api Indonesia. “Saya sudah tua. Sebaiknya perusahaan kereta api segera membangun perlintasan dan membangun pos keamanan di Gendoh ini. Jujur sangat membahayakan kalau tidak ada yang jaga, pasti akan ada korban ditabrak kereta api. Dulu sering ada kecelakaan orangnya meninggal,” pungkasnya.

Pengendara motor, bernama Bastian (21) asal Kecamatan Rogojampi, mengaku senang ada petugas relawan rel kereta api tanpa palang pintu ini. “Ini luar biasa, jarang ada orang yang mau dan rela seperti bapak itu (Pak Agus),” ungkap pemuda yang mengaku kuliah di Genteng ini. (roh/to)