BOJONEGORO, PETISI.CO – Air adalah kebutuhan vital dalam sektor pertanian, karenanya petani harus memperhatikan secara serius keadaan dan ketersediaan air.
Untuk Musim Tanam (MT) ke 3 ini, petani yang mengandalkan Waduk Pacal harus memperhatikan benar, karena air di Waduk Pacal jika dibuka secara normal hanya cukup untuk 4 hari.
Hal ini ditegaskan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Pemkab Bojonegoro, Edy Susetyo, Rabu (4/10/2017), pada acara pembinaan dan pembentukan Gabungan Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) dI Pacal Sekunder Pohbogo di Desa Bulaklo Kecamatan Balen.
Ketika ditemui, Humas Edy Susetyo mengatakan, bahwa saat ini ketersediaan air di Wadul Pacal sudah sangat minim.
Ditegaskan, jika dibuka secara normal air di Waduk Pacal hanya akan mampu untuk waktu 4 hari saja, itu pun sebenarnya untuk mengairi tanaman palawija, bukan padi.
Diceritakan, palawija dialiran sungai pacal ini nyaris terancam gagal panen, untung tertolong dengan hujan yang beberapa hari mengguyur wilayah Bojonegoro.
Karenanya, dia mengatur secara tepat, bagaimana air yang tersedia ini untuk mengariri tanaman palawija yang terancam gagal panen.
Disampaikan, jika secara normal air Waduk Pacal mampu mengairi 16 ribu hektar areal persawahan di wilayah Bojonegoro. Oleh karenanya, dirinya menghimbau agar petani memperhatikan betul ketersediaan air dan kebutuhan air saat melakukan tanam.
Ditambahkan Edy, jumlah HIPPA yang sudah terbentuk di Kabupaten Bojonegoro ada sekitar 30, ke depan dirinya akan membentuk gabungan HIPPA persekunder di Pacal. Aliran irigasi mulai waduk Pacal lebih dari 90 kilometer.
Hal senada disampaikan Wakil Bupati Bojonegoro, Drs. H. Setyo Hartono, informasi dari Dinas Pengairan Sumber Daya Air, bahwa air yang tersedia di waduk Pacal hanya untuk 4 hari saja.
Wabup menceritakan bahwa tipikal tanah Bojonegoro adalah saat musim hujan airnya berlalu, tak terserap tanah. Sedangkan saat musim kemarau, sebentar saja maka kekeringan sudah mendera.
Hal ini dipengaruhi oleh dua hal, yakni cuaca dan ketersedian pohon. Pohon memiliki fungsi yang luar biasa, salah satunya menyerap dan mampu menanmpung air dalam tanah yang bisa dimanfaatkan saat musim kemarau.
Saat bertatap muka dengan petani, Wabup berpesan agar petani kita cerdas, karena petani kebanyakan diposisi tidak menguntungkan.
Dicontohkan, saat musim panen harga gabah cenderung turun, namun di saat musim seperti ini, harga melambung tinggi, namun tidak ada barang yang dimiliki petani, karena sudah kadung dijual ke tengkulak dengan harga rendah, bahkan merugi.
“Inilah pentingnya sinergi semua komponen, mulai petani, aparat dan pemerintah untuk membantu petani kita agar tidak dipermainkan oleh orang-orang yang hanya mengambil keuntungan,“ tegas Wabup.
Semua pihak harus bekerjasama, aparat harus menindak tegas jika ada oknum yang merugikan petani dan pemerintah melakukan fungsi pengawasan, sehingga nasib petani terperhatikan.
Sementara itu, beberapa petani di Desa Bulaklo dan sekitarnya ketika bertatap muka dengan Wakil Bupati menyampaikan permasalahan mereka, diantaranya adalah serangan hama tikus yang merusak tanaman kedelai dan jagung. Belum lagi harga kedelai yang sangat murah. Malah salah seorang petani menyebut, harga kedelai lebih mahal dedak atau bekatul.
Menanggapi keluhan petani ini, Wabup langsung memerintahkan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro untuk mencari solusi pemberantasan hama tikus, apakah dengan sistem gropyok tikus atau lainnya.(budiono)