Pilkada Surabaya 2020
SURABAYA, PETISI.CO – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Surabaya masih satu tahun lagi. Namun, nama-nama bakal calon kepala daerah sudah banyak bermunculan. Nama-nama mereka terekam di masyarakat.
Terbaru muncul nama Ahmad Nawardi. Anggota Dewan Pimpinan Daerah (DPD) RI itu, tiba-tiba masuk dalam pantauan radar Lembaga Riset IT Research Politic Consultant (IPOL) Indonesia sebagai bakal calon kepala daerah potensial di Pilkada Surabaya 2020.
Hebatnya lagi, Nawardi masuk dalam posisi 8 besar bakal calon Wali Kota Surabaya potensial. Padahal, mantan wartawan itu belum pernah turun ke lapangan, seperti yang sudah dilakukan kandidat lainnya.
“Ahmad Nawardi masih berada di posisi bawah. Masih di urutan delapan,” kata CEO IPOL Indonesia, Petrus Hariyanto, saat memaparkan hasil riset 29 Pilkada serentak 2020 di Jatim, Kamis (14/11/2019).
Munculnya nama Nawardi, menurutnya, baru sebatas eksposnya dulu di pemberitaan media. Pergerakan yang menunjukkan dia benar-benar maju belum ditemukan.
“Sehingga senyatanya dengan katanya, itu kadang menjadi berbeda. Katanya di media, tapi senyatanya belum bergerak, itu yang membuat skorenya berada di bawah,” jelasnya.
Menurutnya, munculnya nama Nawardi karena sudah ada yang mengendorse dan ada influencer yang bicara. Sudah mulai bergerak dia.
“Tapi, pertanyaannya ini bisa diciptakan hanya untuk mengolah semata. Misalnya, Hanif. Dia bukan orang Surabaya. Tapi, sudah ada yang menggerakkan mesin PKN,” katanya.
Posisi Nawardi tersebut, lanjutnya, bisa bergerak naik. Tergantung keseriusan dia maju di pilkada Surabaya dan sering bergerak turun ke masyarakat.
“Bagaimana dia mengambil segmen. Apalagi dengan posisi sebagai anggota DPD RI, sosok Nawardi akan mudah dikenal. Jadi, masih ada waktu, karena sampai bulan April, IPOL masih melakukan pemantauan,” paparnya.
Menanggapi hal itu, Nawardi mengaku bersyukur namanya masuk dalam pantauan bacawali Surabaya yang dilakukan IPOL. Padahal, dirinya belum bergerak dan turun ke lapangan.
“Pada saatnya nanti saya akan turun ke lapangan menemui masyarakat Surabaya. Dengan turba, saya makin dikenal masyarakat,” ujarnya.
Berdasarkan temuan Lembaga Riset IPOL Indonesia, yang mengukur elektabilitas indikatif bakal calon wali kota penerus Tri Rismaharini alias Risma selama empat bulan terakhir, Mawardi berada di peringkat 8 dengan 123 ekspos.
Secara detail, Elektabilitas Indikatif Bakal Calon Pilkada Surabaya 2020 temuan IPOL yakni Whisnu Sakti Buana (1.766 ekspos), Eri Cahyadi (877), Armuji (488), Gus Hans (331) dan Dyah Katarina (196).
Lalu Samuel Teguh Santoso (148), Lia Isthifama (145), Ahmad Nawardi (123), Chrismanhadi (47), Hariyanto (32), M Sholeh (28), Sutjipto Joe Angga (21) serta Sri Setyo Pratiwi (4).
Elektabilitas indikatif para kandidat tersebut, lanjut Petrus, bukanlah hasil survei tapi temuan yang didasarkan pada mix method untuk mengukur pemenangan Pilkada berbasis big data, teknologi politik, dan pemanfaatan aplikasi.
Mix method merupakan metode yang menggabungkan sejumlah elemen pengolahan data dan analisa terkini. Terdapat lima elemen dari metode ini, yakni big data dari media online, big data dari media sosial, teknologi politik danmicrotargeting, real time field report by android, serta survei multistage random sampling (MRS).
“Berdasarkan kelima elemen mix method, IPOL memiliki alat ukur yang hasil prediksinya bisa mendekati kebenaran, karena IPOL memiliki cara pengolahan data dan analisa yang berlapis. Sehingga, antara satu elemen dengan elemen yang lain dapat saling diakurasikan,” jelasnya. (bm)