Apa Rahasia Keberhasilan Jatim? Jawabannya Adalah Rukun

oleh -40 Dilihat
oleh
Gubernyr saat memberi sambutan dalam acara wayangan HUT Provinsi Jatim.

SURABAYA, PETISI.CO Terpeliharanya kerukunan antara pemerintah, DPRD, TNI, Polri, swasta, serta seluruh lapisan masyarakat menjadi kunci sukses kemajuan Jawa Timur.

Masing-masing elemen tersebut mampu berkontribusi sesuai kompetensinya serta saling berkolaborasi demi mendorong terwujudnya kelancaran pembangunan di Jatim.

Hal itu disampaikan Gubernur Jawa Timur, Dr. H. Soekarwo saat Pagelaran Wayang Kulit dalam rangka memperingati HUT ke-72 Provinsi Jawa Timur di halaman Kantor Gubernur Jatim, Jl. Pahlawan No. 110 Surabaya, Jumat (27/10/2017) malam.

Pakde Karwo, sapaan akrab Gubernur Jatim mengatakan, berkat kerukunan yang terjaga dengan baik, situasi di Jatim menjadi aman, nyaman, dan kondusif. Imbasnya, pembangunan di Jatim berjalan dengan lancar, perekonomian tumbuh dengan stabil, sehingga kesejahteraan masyarakat kian meningkat.

Kinerja positif itu pun mendapat apresiasi tinggi dari pemerintah pusat, dimana Jatim ditahbiskan sebagai provinsi paling baik se-Indonesia pada tahun 2010 sampai dengan 2012, kemudian pada tahun 2013 sampai dengan 2015.

Prestasi itu mengantarkan Jatim dua kali menerima penghargaan Samkarya Nugraha Parasamya Purnakarya Nugraha, yakni pada tahun 2014 dan 2017.

Adapun Samkarya Nugraha Parasamya Purnakarya Nugraha adalah penghargaan tertinggi dari pemerintah pusat kepada institusi pemerintah daerah atau organisasi yang menunjukkan karya tertinggi pelaksanaan pembangunan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat selama tiga tahun berturut – turut.

“Apa rahasia keberhasilan Jatim? Jawabannya adalah rukun. Tidak ada yang merasa kecil atau besar, dibawah atau diatas. Masyarakat kita saling bahu-membahu dan bersama-sama mendorong kemajuan Jatim,” kata Gubernur kelahiran Madiun ini.

Pakde Karwo berharap, penghargaan Samkarya Nugraha Parasamya Purnakarya Nugraha dapat terus dipertahankan oleh Gubernur Jatim yang baru pada 2020 mendatang.

“Mari kita terus menjaga kerukunan ini agar Jatim semakin sejahtera dan adem, seperti hujan yang turun malam ini,” pesannya.

Komunikasi Jadi Resep Keharmonisan

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Gubernur Jawa Timur, Drs. H. Saifullah Yusuf mengatakan, komunikasi menjadi resep keharmonisan hubungannya dengan Gubernur Jatim, Pakde Karwo yang telah berlangsung selama delapan tahun, atau hampir dua periode.

Menurut Gus Ipul, sapaan akrab Wagub Jatim, dirinya tidak pernah putus komunikasi dengan Pakde Karwo selama lebih dari satu minggu. Dalam kurun waktu seminggu, pria kelahiran Pasuruan ini selalu menjalin komunikasi dengan Pakde Karwo, baik bertemu secara langsung, atau lewat telepon.

“Entah sekedar menanyakan kabar, kesehatan, tanya cucu, dan lainnya. Yang penting dalam seminggu harus ada komunikasi,” katanya.

Komunikasi itu, lanjut Gus Ipul, mampu mencairkan suasana dan menyatukan perbedaan dengan Pakde Karwo. “Dari sisi usia, pendidikan, dan pengalaman, saya berbeda dengan Pakde Karwo, tapi disisi lain juga ada kesamaan. Komunikasi-lah yang bisa menjadi jembatan untuk mencari solusi dari setiap permasalahan” lanjutnya.

Resep keharmonisan ini juga dibagikan Gus Ipul kepada para bupati/walikota di Jatim agar juga memiliki hubungan yang harmonis dengan wakilnya. “Jangan sampai lost contact selama lebih dari seminggu agar terhindar dari kesalahpahaman” pungkasnya.

Suguhkan Lakon “Kresna Gugah”

Pagelaran wayang kulit pada malam ini didalangi oleh dalang kondang, Ki Manteb Soedharsono dengan lakon “Kresna Gugah”. Lakon ini mengisahkan usaha para Pandawa dan Kurawa untuk menarik Prabu Kresna serta angkatan bersenjata Dwarawati, agar berpihak pada mereka, bilamana Baratayuda pecah.

Di pihak Kurawa, yang datang ke Dwarawati adalah Prabu Duryudana, sedangkan dari pihak Pandawa mengutus Arjuna yang dinilai memiliki hubungan pribadi yang dekat dengan Kresna.

Sementara itu, Prabu Kresna bertapa di telaga Jalatundha dengan cara tidur di atas batu Kambang. Kresna sedang ‘ngrogo sukma’ menuju kahyangan untuk menerima kitab undang-undang Jitabsara yang dalamnya temasuk berisi tentang aturan-aturan Perang Bharatayudha.

Dengan segala cara, pihak Kurawa berusaha melakukan upaya curang yang ingin membangunkan Kresna dari pertapaannya.  Pasalnya, kemenangan Kurawa dalam perang Bharatayudha akan terwujud jika Kresna terjaga dan kemudian akan diboyong ke Hastina.

Namun upaya tersebut gagal. Raja Duryudono tetap ingin memboyong Kresna ke Dwarawati. Duryudono minta agar hari itu Kresna mau diboyong ke Astina. Kemudian terjadilah pertikaian, prajurit Korawa mengamuk. Para Pandhawa datang menyelamatkan kerajaan Dwarawati.

Werkudara berhasil menghalau prajurit Korawa. Duryudono dan warga Korawa kembali ke kerajaan Ngastina dengan kecewa. Lalu Arjuna yang dibantu Semar-lah yang mampu membangunkan Kresna dari pertapaannya, dan Kresna bisa diboyong. Akhirnya, perang besar Baratayuda pun terjadi dimana Kresna berada di pihak Pandawa.(cah/dit)