SURABAYA, PETISI.CO – Perhelatan Piala Dunia U-17 di Indonesia mampu menjadi magnet menggairahkan sepakbola muda menyongsong masa depan, terutama rule pembinaan usia dini.
Dalam kaitan tersebut, Asprov PSSI Jawa Timur (Jatim) optimis, pelaksanaan Piala Dunia U-17, khususnya saat pembukaan di Stadion Bung Tomo Surabaya punya dampak luar biasa, terutama perkembangan pemain diantaranya Kompetisi Soeratin U-17 karakter dan mainnya lebih baik.
Menurut Ketua Asprov PSSI Jatim Ahmad Riyadh UB PhD, gelar Piala Dunia U-17 merupakan momen langka dan penting demi kemajuan sepakbola Indonesia, khususnya Jatim.
“Belum tentu (Piala Dunia U-17) bisa terulang dalam 25-50 tahun mendatang bisa di Indonesia, terutama Surabaya. Maka, hal penting dan utama bagaimana meniru menyelenggarakan sepakbola berjalan nyaman dan aman. Ini penting,” ungkap Riyadh, saat jumpa pers di Media Center Piala Dunia U-17 di Grand Swiss-BelHotel Darmo Surabaya, Jum’at (24/11).
Lanjut Riyadh, juga anggota Exco PSSI, adalah respon masyarakat pecinta sepakbola yang lebih bergairah dan melibatkan keluarga. Selain, protokol FIFA selaku federasi tertinggi mengutamakan regulasi yang tersistem rapi dan standar.
“Sekarang ini, bisa disaksikan rombongan (keluarga) termasuk anak dan perempuan berduyun-duyun mendatangi stadion untuk ikut menyaksikan. Ini membuktikan, bahwa zaman sepakbola telah menjadi virus yang menjanjikan ke depan dan sangat prospek,” ulasnya.
Dalam jumpa pers dan dialog terbuka tersebut, juga dihadiri Wakil Ketua Asprov PSSI Jatim Amir Burhanuddin dan Sekretaris Asprov PSSI Joko Tetuko, menyoroti zero toleransi, menghormati dan menjunjung aturan sehingga terjadi prosedur yang sejalan, termasuk rule of the game.
Ada proses dan lobi panjang, PSSI dengan FIFA. Misalnya, tentang stadion dan jumlah penonton. Termasuk, saat pembukaan. Jadi, kita memang harus belajar penyelenggaraan hingga proses transformasi yang lebih kompleks dalam pelaksanaan di lapangan.
“Asprov PSSI Jatim akan terus mengkaji sistem kepelatihan dengan persepsi yang sama, yaitu sistem penggabungan model negara mana sehingga diperlukan waktu yang relatif namun menu materi permainan sudah jelas,” kata Amir.
Beberapa kekurangan turut menjadi sorotan, seperti pelayanan shuttle bus, kuliner, dan kurangnya promosi. Sebaliknya, beberapa tim peserta juga merasa nyaman dan terhibur, bisa bermain di stadion megah dengan fasilitas standar FIFA. (cah)