Balawan dan Batuan Ethnic Fusion Meriahkan Jazz Goes to Campus 2023

oleh -540 Dilihat
oleh
ektor UNEJ, Iwan Taruna didaulat memainkan gitar double neck
Peringatan Dies Natalis ke 59 UNEJ

JEMBER, PETISI.CO Musisi jazz kenamaan asal Bali, Balawan beserta Batuan Ethnic Fusion tampil memeriahkan ajang Jazz Goes to Campus 2023 dalam rangka peringatan Dies Natalis ke 59 Universitas Jember (19/11).

Penampilan gitaris yang tersohor dengan teknik touch tapping style ini berhasil memukau penonton yang hadir hari Minggu malam di gedung Auditorium Universitas Jember. Tak hanya menampilkan reportoar klasik jazz, Balawan yang tampil bersama Batuan Ethnic Fusion dengan gamelan Bali-nya seperti kembali menegaskan bahwa musik jazz adalah musik yang membuka ruang seluas-luasnya bagi musisinya untuk berimprovisasi, termasuk memasukkan unsur lokalitas berupa gamelan Bali.

Balawan beserta Batuan Ethnic Fusion unjuk aksi

Begitu tampil, Balawan menampilkan lagu pembuka yang bersemangat. Energinya meluap-luap kala memainkan gitar dua leher yang telah menjadi trade mark-nya. Padahal dia baru saja menyelesaikan tour panjangnya tampil di Korea Selatan, Belanda, Amerika Serikat, Cuba dan Jepang.

“Kami ini sudah berganti passport lima kali saking seringnya main di luar negeri,” tutur pemusik jazz bernama lengkap I Wayan Balawan disambut tawa hadirin.

Rancak permainan gamelan Bali yang khusus dibuat untuk dimainkan dua orang membuat kaki seperti tak bisa berhenti bergoyang.

Balawan memang konsisten membawa musik lokal menuju pentas dunia. Menurutnya gamelan sebagai khazanah kekayaan musik tradisional tak kalah dengan musik lain. Bahkan gamelan bisa menyesuaikan dengan genre musik apa pun, termasuk ke musik jazz.

Di sela-sela permainannya, Balawan berpesan agar generasi milenial Indonesia harus bangga dengan gamelan ! Sejurus kemudian Balawan meminta dua personil Batuan Ethnic Fusion memainkan gamelan Bali berupa gangsa dengan ditimpali petikan gitarnya.

“Banyak audience kami di luar negeri yang terheran-heran dengan kemampuan pemusik kita memainkan gamelan. Contohnya gamelan gangsa ini bisa berganti-ganti nada dasar untuk menyesuaikan dengan lagu yang akan kita mainkan. Bahkan gamelan gangsa yang kita buat bisa memainkan 17 nada dalam semenit!,” tutur Balawan.

Suasana kemudian dipanaskan dengan kemampuan duet antara petikan dan sentuhan di gitar senar versus gamelan. Hadirin dibuat terpukau dengan kolaborasi apik tersebut. Tempo dibawa sedikit menurun kala Balawan memanggil sang istri, I Gusti Ayu Kamaratih naik ke panggung.

Lantas medley lagu-lagu daerah Indonesia versi jazz pun mengalun. Tak hanya menjadi suami istri di rumah, keduanya ternyata memang suami istri pula di panggung.

Tak mau kalah unjuk kebolehan dengan ayah bundanya, malam itu Jyesta Balawan turut tampil. Bocah usia delapan tahun itu lantas menyanyikan lagu jazz berjudul Spain karya musisi jazz kenamaan Chick Corea, tentu saja lengkap dengan iringan petikan gitar sang ayah.

Di lagu kedua, Jyesta memilih lagu cinta dari penyanyi yang tenar di dekade-90-an, Michael Bolton berjudul When A Man Loved A Woman. Pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya malam itu menemukan pembuktian.

Tak sekedar piawai memainkan gitar, lulusan Australian Music Institute ini tanpa dinyana turun menyapa penonton sambil memainkan harmonika. Beberapa mahasiswi yang di sambanginya pun dibuat btersipu malu. Bahkan Balawan menyanyikan lagu jazz klasik What A Wonderful World lengkap dengan suara berat nan serak seperti Louis Armstrong.

Akhirnya keseruan malam itu ditutup dengan lagu Rungkad yang dinyanyikan bersama para penonton, bahkan Balawan sempat menyerahkan gitar dua lehernya kepada Rektor, Iwan Taruna.

Semuanya puas melihat performa Balawan dan Batuan Ethnic Fusion! Hanya satu kekurangan acara malam itu, kurang lama! Yah saking asyiknya tanpa terasa sudah sejam menikmati permainan Balawan dan Batuan Ethnic Fusion. Semoga Bli Balawan sudi mampir ke Kampus Tegalboto lagi tahun depan. (cah/iim)