Beragam Penghargaan, Tapi Gizi Buruk Masih Menimpa Balita di Lamongan

oleh -133 Dilihat
oleh
Visit dokter untuk memantau perkembangan Alfira

LAMONGAN, PETISI.CO – Sangat memprihatinkan, di saat Kabupaten Lamongan menorehkan beberapa penghargaan dari pemerintah pusat bidang kesehatan, namun masih saja ditemukan penderita gizi buruk yang dialami balita usia 2 tahun di kota yang terkenal dengan tahu campurnya ini.

Nasib malang tersebut mendera ananda Meilani Alfira Damayanti, yang didiagnosa gizi buruk.

Balita berusia 2 tahun 8 bulan dari keluarga prasejahtera itu hanya bisa berbaring lemas di atas tempat tidur Ruang Anggrek RSUD dr Soegiri Lamongan.

Sempat dibawa ke pengobatan alternatif,  namun tak membuahkan hasil.

Anak dari pasangan suami istri asal keluarga prasejahtera, Dwi Novita (29) dan Suwarno, warga  Desa Latukan, Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten Lamongan itu, oleh tim dokter didiagnosa menderita gizi buruk.

Lantaran tubuh bocah perempuan mungil tersebut hanya berbobot 4 Kilogram. Seharusnya berat ideal balita yang menginjak usia 2 tahun, berat badannya kurang lebih 12 Kilogram.

Aty Firsiyanti, dokter spesialis anak RSUD dr Soegiri Lamongan yang menangani balita malang ini mengatakan, untuk memulihkan kondisi kesehatan, Alfira sudah mendapatkan penanganan dari dokter rumah sakit. Selain itu, tim dokter juga bakal mencari jenis penyakit lain yang mungkin juga diderita balita tersebut.

“Kemarin datang dan sudah kita tangani. Namun lagi-lagi untuk penyembuhan butuh proses agak lama, karena anak ini sendiri mengalami gizi buruk sudah sekitar 2 tahun,” tutur Aty Firsiyanti, Senin (13/01/2020).

Ananda Alfira di temani neneknya di RSUD Soegiri Lamongan

Sementara itu, menurut ibu kandung korban, Novita menjelaskan, ihwal gizi buruk yang menimpa anak semata wayangnya itu sudah berlangsung sejak beberapa bulan lalu.

Novita mengisahkan, saat itu Alfira yang diasuh oleh neneknya hanya diberikan susu formula yang dibeli di pasar. Sebab, sejak bercerai dengan suaminya bulan Oktober 2019 silam, untuk bertahan hidup dan menghidupi anaknya, Novita harus berjualan sayur keliling.

“Karena saya harus berjualan keliling, jadi anak saya diasuh sama ibu,” sambung dia.

Karena hanya diberikan susu formula, Alfira mengalami muntah-muntah, dan oleh pihak keluarga dibawa ke rumah sakit swasta di Lamongan.

Namun, upaya pengobatan medis tersebut tidak membuahkan hasil. Berat badan Alfira justru semakin menurun.

Lantaran kondisi keluarga yang serba kekurangan, keluarga memutuskan untuk membawa pulang Alfira ke rumah di Desa Latukan.

Saat berada di rumah, keluarga juga mencoba membawa Alfira ke pengobatan alternatif. Dari situ, Alfira hanya diberikan air mineral saja, dan semakin hari kondisinya justru memperhatikan.

Akhirnya, ibu Alfira membawa ke bidan Puskesmas dan disarankan sang bidan untuk membawa Alfira ke RSUD Lamongan.

“Saya sempat bawa ke pengobatan alternatif saja, karena tidak punya uang. Lewat Bu Didan dirujuk ke RSUD Lamongan,” ujarnya.

Karena keterbatasan biaya, Novita hanya bisa pasrah dan berharap penanganan maksimal dari tim medis RSUD Soegiri untuk kesembuhan penyakit yang diderita anaknya, agar bisa pulih seperti balita pada umumnya.(ak)

No More Posts Available.

No more pages to load.