TULUNGAGUNG, PETISI.CO – Komunitas Bhineka Tunggal Ika menggelar acara bursa dan pameran keris tosan aji. Pameran keris diikuti sebanyak 19 kolektor keris lokal Tulungagung sedangkan untuk peserta bursa keris ada sekitar 12 peserta, 10 peserta diantaranya berasal dari luar kota dan peserta UMKM non keris ada 8 peserta.
Bursa dan pameran keris tosan aji dibuka secara resmi oleh Bupati Tulungagung Drs Maryoto Birowo. Turut hadir, Wabup Gatut Sunu Wibowo, Wakil Ketua DPRD Ahmad Baharudin dan Forpimcam Ngantru.
Ajang pamer keris tosan aji dan bursa yang digelar di Pendopo Ndalem Ngantru telah dijadwal selama 3 hari, dimulai Jumat (4/3/2022) malam dan berakhir pada Minggu (6/3/2022).
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Maryoto mengatakan, Keris merupakan sebuah senjata (pusaka) hasil karya agung merupakan warisan dari leluhur terdahulu yang harus dijunjung tinggi. Keris sendiri juga memiliki lambang kepada pemiliknya yang menunjukkan suatu falsafah dan kewibawaan orang Indonesia khususnya orang Jawa.
“Berbicara tentang keris, itu kan pusaka atau jimat, barang yang dirumat, wesi aji diaji – aji artinya dijunjung tinggi, karena pusaka keris merupakan lambang kepada pemegangnya yakni lambang suatu kepribadian atau kewibawaan,” ujar Bupati Maryoto Birowo seusai meninjau lokasi pameran, Jumat (04/03/2022) malam.
“Kalau dulu orang membuat keris dengan melalui cara tapa brata terlebih dulu atau seorang empu yang ahli membuat senjata,” imbuhnya.
Untuk itu, Bupati mengajak para kaum milenial anak – anak muda bisa mengerti terhadap nilai – nilai seni budaya yang mengandung nilai pendidikan.
“Dan dengan adanya pameran keris ini, kita harapkan bagi kaum milenial lebih memperhatikan dan ikut nguri – nguri atau melestarikan budaya leluhur kita terdahulu,” harap Maryoto.
Sementara itu, ketua Komunitas Bhinneka Tunggal Ika Dio Jordy Alvian mengatakan acara pameran keris kali ini diikuti sekitar 19 kolektor keris yang ada di Tulungagung. Sedangkan untuk peserta yang mengikuti bursa keris ada sekitar 12 peserta, 10 diantaranya berasal dari luar kota dan peserta UMKM non keris ada 8 peserta.
“Untuk keris yang dibursakan itu dijual belikan atau istilahnya mahar, sedangkan untuk keris yang dipamerkan tidak diperjual belikan,” ujar Dio panggilan akrab putra mantan Bupati Tulungagung Syahri Mulyo.
Menurut Dio, selain bertujuan melestarikan warisan budaya di kala pandemi, pameran bisa senantiasa menjadi pemacu dalam menggalang persaudaraan, persatuan dan kerukunan.
“Saya berharap dengan adanya acara seperti ini bisa menjadi inspirasi bagi anak muda yang selama ini menganggap keris itu kuno ataupun angker. Padahal kita ketahui bahwa keris adalah sebuah maha karya dari para leluhur kita dan sudah diakui oleh UNESCO,” ungkap Dio.
Lebih lanjut Dio juga berharap dengan didirikannya komunitas Bhinneka Tunggal Ika Tulungagung bisa memberikan inspirasi kegiatan – kegiatan positif dan bisa merangkul semua pihak tanpa membedakan kelompok, suku, ras dan agama, maupun kelompok – kelompok politik sesuai dengan namanya Bhinneka Tunggal Ika.
“Kami kedepannya akan mengajak dalam kegiatan di bidang sosial, budaya dan kepemudaan,” pungkasnya. (par)