BONDOWOSO, PETISI.CO – Bupati Bondowoso, Salwa Arifin melantik dua Direktur Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) periode 2019-2023, Kamis (26/12/2019) di ruang Peringgitan.
Dua direktur tersebut, yakni April Ariesta Bhirawa dilantik sebagai Direktur PDAM dan Joko Nugroho sebagai Direktur PT Bondowoso Gemilang (Bogem).
Pelantikan disaksikan Sekretariat Daerah Asisten II Pemerintah Kabupaten Bondowoso, Agus Suwardjito serta Kepala Bagian Administrasi dan Perekonomian Pemkab Bondowoso, Aris Wasiyanto.
Bupati melalui Sekretaris Daerah Bondowoso, Syaifullah, usai menghadiri pelantikan mengatakan, bahwa ke dua direktur tersebut, telah mengikuti open bidding yang dengan uji kompetensi terbuka.
“Timnya independent dan hasilnya juga kita berikan dulu ke Bupati untuk mengambil sesuai nilainya,” ujarnya.
Dikatakan Syaifullah, sebagaimana disampaikan oleh Bupati kepada direktur PDAM diingatkan bahwa di Bondowoso baru ada 15 persen yang menggunakan air bersih.
“Karena itu Direktur PDAM dipacu oleh Bupati bagaimana sampai 40-60 persen,” harapnya.
Sedangkan, lanjut dia, untuk Direktur PT. Bogem diharapkan segera melakukan langkah-langkah strategis untuk melakukan program-program bisnis.
“PT. Bogem kalau bergerak cepat, insyallah bisa,” jelasnya.
Selain itu, ia meminta kepada PT. Bogem untuk segera membuat simbiosis mutualisme terhadap 18 ton kopi yang belum terjual.
“Yang jadi persoalan sekarang ini, ada 18 ton kopi yang tersimpan saat ini,” ungkapnya.
Ditempat yang sama, Direktur PT. Bugem menerangkan, core business dari perusahaan ini adalah kopi, agribisnis, dan peternakan.
Dimana untuk kopi, pihaknya akan beli jadi dan beli basah kepada petani. Kemudian, Bogem disebutnya juga akan main di beras organik.
“Kita akan bermitra dengan PDAM untuk distributor penjualan air ijen water,” janjinya.
Terkait dengan masih adanya 18 ton kopi, pihaknya berencana akan melakukan ekspor. Mengingat, Abu Dhabi siap menampung.
“Kita kan masih punya stock yang 18 ton kopi. Insyallah Abu Dhabi yang siap untuk menampung dan kita masih mendapatkan profit dari situasi yang memang agak sulit karena menurunnya harga kopi. Ekspor pasti karena untuk meningkatkan harga jual petani, yaitu satu-satunya untuk mengangkat yang tidak merugikan. Kita harus membeli dengan harga pantas, jual dengan harga pantas,” tuturnya.
Seraya menambahkan, posisi Bogem ini, sebagai jembatan antara kepentingan petani, peternak dan kepentingan pemerintah sebagai pengayom masyarakat.
“Intinya kita membantu membeli dengan harga pantas, kemudian kita kemas, dan kita jual. Jadi kita semacam jembatan juga induk dari proses bisnis di level petani dan peternak,” pungkasnya.(tif)