MADIUN, PETISI.CO – Maraknya bank titil (mingguan) di wilayah Kecamatan Kare Kabupaten Madiun, membuat warga resah. Di satu sisi masyarakat terbantu dengan kehadirannya, di sisi lain membuat masyarakat resah, sebab ketika menagih dengan kasarnya memperlakukan nasabah.
Dari pantauan petisi.co, wilayah Kare, salah satu daerah sasaran bank titil, sebab letak secara geografis berada di kaki Gunung Wilis, daerah pegunungan, sehingga mereka mengganggap orangnya penakut.
Seperti yang dialami seorang nasabah bank mingguan bernama Djamiah, mendapat ancaman dari penagih bank mingguan atau biasa disebut ‘bank titil. Ancaman tersebut ditengarai karena nasabah telat membayar angsuran 1 kali.
Mbah Djami sendiri merupakan nenek dari keluarga kurang mampu dan harus menghidupi cucunya yang ditinggal kerja orang tuanya di luar negeri. Bekerja sebagai petani musiman yang berpenghasilan tidak menentu, Djami memberanikan diri untuk hutang pada salah satu bang mingguan BJ yang beralamat di Magetan, dengan jumlah hutang Rp.1.500.000,00 dengan angsuran Rp 195.000 setiap minggunya, pada tiap Senin.
Berawal pada angsuran Senin ketujuh dari awal dia meminjam, Djami telat membayar satu minggu, dia didatangi dua petugas dari bank titil tersebut pada pukul 18:00, pada saat dia sholat Magrib, kebetulan rumah Djami bersampingan dengan mushola.
Djami mendengar teriakan (bengok-bengok) dan menggedor-gedor pintu rumahnya, lalu dijumpainya dua petugas itu, dengan nada tinggi, dua petugas itu membentak-bentak dan mengeluarkan kata -kata kasar pada Djami.
”Nek Senin ngarep ra kelar bayar, gulumu taruhane (Kalo Senin depan tidak bisa membayar, lehermu taruhanya),” ujar dua petugas kepada Djami.
Tidak hanya ancaman dan intimindasi, petugas bank tersebut juga menuliskan pada papan rumah Djami, “Utangmu bayaren mak”.
Akibat ulah dua anggota bank itu, 3 cucu Djami mengalami trauma dan tidak mau diajak pulang ke rumah.
“Kulo lan putune kulo wedi sanget bade wangsul mas, kulo saget bayar tapi wedal niku saestu boden gadah arto, kulo saguhi Senin ngarep malah kulo diabani mboten genah (Saya dan cucu saya sangat takut untuk pulang kerumah,saya bisa bayar tapi saat itu memang tidak ada uang sama sekali saya janji senin depan malah dicaci maki),” ujar Djami kepada wartawan.
Darsyanto, dari Lembaga Perlindungan Konsumen Nusantara Merdeka, menyayangkan sikap dua karyawan dari bank titil BJ yang tidak punya etika, terkesan arogan.
“Harus diberi pelajaran,” kata Darsy.
Lebih lanjut Darsy menambahkan, apabila dua oràng dari bank titil itu tidak sopan di daerahnya, akan ditangkap beramai-ramai bersama warga. (har)