SURABAYA, PETISI.CO – Menyusul terjadinya semburan lumpur bercampur gas dan minyak di pekarangan rumah Jalan Kutisari Indah Utara III/19 Surabaya, Dinas Energi Sumber Mineral (ESDM) Jatim minta SKK Migas dan Pertamina menggunakan gas detektor untuk mencari keberadaan titik-titik gas tersebut.
“Alat ini bisa digunakan untuk mengukur apakah ada titik-titik tertentu yang masih ada gas menyembur dari bawah,” kata Kepala Dinas ESDM Jatim, Setiajit kepada wartawan di Surabaya, Rabu (25/9/2019).
Seperti diketahui, warga perumahan Kutisari sempat dihebohkan dengan muclnya semburan lumpur beraroma gas di salah satu rumah warga. Mulanya, semburan lumpur sempat ditutup oleh warga menggunakan karung, namun justru muncul semburan baru di titik lainnya.
Dari pengamatan kemungkinan terjadinya semburan ini disebabkan adanya tekanan yang meningkat di dalam bumi akibat adanya aktifitas geologi (kemungkinan adanya gempa sebelumnya).
Menurut Setiajit, semburan lumpur berbau gas itu, tidak membahayakan. Tekanan gas dari sumur tua tak terlalu besar, karena kedalamannya sekitar 300 meter. Gas memiliki sufat cepat habis kalau sudah keluar.
Sebaliknya, kalau tidak dimanfaatkan, maka gas itu kembali ke dalam. Lama tidak ada aktivitas, maka gas bisa hilang. “Yang dikhawatirkan ada percikan api, misalnya lokasi gas itu ada di dapur,” ucapnya.
Karena itu, jika lokasi sumur tua yang ada gasnya itu dipakai untuk real estate tidak ada masalah. Warga yang tinggal di perumahan itu, juga tidak perlu mengungsi.
“Tak perlu mengungsi. Hanya yang punya rumah untuk sementara pindah sampai minggu depan untuk menghindari adanya percikan api, di dapur misalnya. Lalu ada tekanan gas tertentu lalu bocor di kanan kiri akan,” ungkapnya.
Saat ini, tambah Setiajit, tim yang diterjunkan di lapangan masih melakukan penelitian. Bersama SKK Migas dan Pertamina, akan menggunakan gas detektor untuk mencari posisi gas. Dari hasil pantauan, semburan lumpur itu tidak hanya mengeluarkan gas, tapi juga Kruth Oil (minyak mentah).
“Gas detektor bisa menentukan titik mana gas itu berada. Kita berharap warga sekitar kalau ada bau menyengat segera melapor, sehingga kita bisa menurunkan tim dan bisa mengukur seberapa besar tekanan gas itu,” ujarnya.
Di Surabaya sendiri, ada 120 sumur tua pada jaman kolonial. Sebanyak 34 sumur tua berada blok Kuti field. Sisanya, berada di wilayah Wonokromo. “34 sumur tua itu ada di bawah real estate (perumahan) di Kutisari,” tandasnya. (bm)