Cuaca Ekstrim Harga Cabai dan Terong Turun, Ini Kata Petani Jember

oleh -53 Dilihat
oleh
Harga cabai dan terong turun

JEMBER, PETISI.CO – Cuaca ekstrim pada musim penghujan, mengakibatkan para petani cabai di Jember mengeluh. Akibatnya, penjualan cabai mengalami penurunan harga. Selain harga cabai, harga sayuran seperti terong pun juga mengalami penurunan harga.

“Jadi dari monitor saya hari ini, ada di beberapa titik komunitas petani lagi terjun bebas harganya. Jadi seperti cabai rawit, cabai merah besar, dan beberapa sayuran yang lain. Ini mengalami harga yang kurang menguntungkan bagi petani,” ucap Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jember Jumantoro saat dikonfirmasi, Minggu (31/10/2021).

Ia menjelaskan, seperti harga terong yang mengalami penurunan.

“Yang kemudian hari ini harganya Rp 600-1000 rupiah per kilo, ditingkat petani,” ujarnya.

“Sedangkan untuk harga cabai rawit berkisar dari 5-7ribu per kilo. Kemudian cabe merah besar berkisar antara 8-11 ribu per kilo. Nah ini sangat merugikan petani, dikala petani berjibaku dengan cuaca ekstrim, biaya produksi tinggi, dan OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) merjalela,” sambungnya.

Padahal, kata Jumantoro, para petani sangat ekstra dalam merawat tanamannya. Sehingga ketika musim panen tiba, dan pada saat panen harganya kurang menguntungkan.

“Ini juga salah satu rotasi dampak adanya corona dan sangat berdampak pada faktor ekonomi juga. Sehingga serapan komunitas pertanian ini sangat rendah,” imbuhnya.

Kemudian terkait penjelasan lainnya, lanjut Jumantoro, adanya pembatasan dari segi perjalanan.

“Sehingga banyak diluar pulau jawa tidak menggantungkan suplai dari luar jawa lagi,” katanya.

Lebih lanjut Jumantoro mengatakan, kedepannya para petani juga membutuhkan adanya akses informasi pasar dari pemerintah daerah.

“Itu yang sangat penting, sehingga petani bisa mengestimasi. Mereka harus tanam apa? Makanya, akses informasi pasar itu tidak terjadi disparitas (perbedaan, red) harga yang terlalu tinggi. Antara petani dan pedagangnya. Misalnya dari petani harganya 7 ribu, dan di pedagang bisa jadi harganya menjadi 15-20 ribu,” ungkapnya.

“Lah ini akses informasi pasar ini harus difasilitasi oleh pemerintah daerah. Sehingga bisa update harga setiap harinya. Ditingkat pengepul, ditingkat petani, maupun digrosir itu berapa. Sehingga paling tidak petani bisa tahu harga di komunitas pertanian per harinya,” sambungnya.

Terkait update harga itu, tidak hanya di tingkat Dinas saja.

“Tentunya juga bisa lewat media sosial (medsos). Baik itu dari informasi Fb, Telegram, WA juga. Sehingga bagaimana nantinya akses update informasi pasar itu bisa diketahui oleh petani. Dan ini bukan tugas dari Dinas Pertanian saja, jelasnya juga Dinas Perdagangan dan Dinas Pasar,” tutupnya. (mmt)

No More Posts Available.

No more pages to load.