“Dalam Islam, Politik dan Agama Bagaikan Saudara Kembar yang Saling Membutuhkan”

oleh -76 Dilihat
oleh
Para Nara Sumber Seminar.

Fuad Amsyari saat Seminar Nasional di Jombang

 JOMBANG, PETISI.CO – Seminar Nasional dengan tema “Mencari Kesepakatan tentang Makna Politisasi Agama” oleh Pusat Kajian Pemikiran Hasyim Asy’ari dibuka Pengasuh Pondok Pesantren KH. Sholahudin Wahid sekaligus Rektor UNHASY, di Aula Lantai 3 Gedung Graha Yusuf Hasyim Pesantren Tebuireng Jombang. Minggu (4/3/2018).

Kegiatan ini dihadiri Rektor UNHASY, Direktorat Intelijen Keamanan Polda Jatim, Ketua Tim Pengkajian, Nara Sumber, Waka Polda Jatim dan peserta seminar, serta undangan yang hadir.

Dewan Kehormatan Ikatan Cendekiawan Musim Indonesia (ICMI), Fuad Amsyari, yang tampil sebagai narasumber menjelaskan, dalam Islam, politik menempati peran yang cukup penting, bagaikan saudara kembar yang saling membutuhkan.

Agama dan politik tidak dapat dipisahkan, sebab politik adalah bagian integratif dari ajaran agama Islam.

“Meski demikian, dalam Islam tidak dibenarkan adanya politisasi agama,” jelasnya.

Dari kanan Gus Sholah, Kombes Pol Sulistyo Pudjo dan Nara Sumber seminar

Menurutnya, politisasi agama, seperti memanfaatkan simbol agama dalam berpolitik, merupakan hal terlarang. Apalagi, tujuan dan aktifitas berpolitiknya tidak terkait sama sekali dengan tuntunan politik.

Lanjut Fuad, pentingnya posisi politik diletakkan hanya satu garis di bawah kenabian. “Yang menjadi pertanyaan selama ini adalah, apakah di dalam Islam terdapat politik dan mengajarkan politik,” ujarnya.

Fuad mengatakan, bahwa aspek politik dari Islam berasal dari Al-Qur’an dan Sunnah, sejarah perjalanan Islam dan elemen gerakan politik, baik di dalam ataupun di luar Islam.

“Dalam Islam,  antara agama dan politik terdapat sebuah perbedaan pendapat dalam memahami sumbernya, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah,” ujarnya.

Sedangkan lepas dari pro dan kontra antara yang sepakat dan tidak, lanjut dia, yang jelas Islam tidak bisa lepas dari sebuah tatanan kehidupan bernegara.

“Tugas kita sebagai umat Islam mengidentifikasi, apakah di dalam Islam ada politiknya apa tidak. Menurut saya, justru melalui proses politiklah rasul menjadi kepala Negara Madinah, hal ini sudah menjelaskan kalau memang memberikan ajaran politik,” tambahnya.
SelanjutnyaFuad menyampaikan bagi Agama Islam tidak ada batas antara agama dan politik, karena politik adalah bagian integratif dari ajaran agama Islam.

Yang terlarang dalam agama Islam adalah politisasi agama dalam makna memanfaatkan simbol agama dalam berpolitik. “Padahal tujuan dan aktifitas berpolitiknya tidak terkait sama sekali dengan tuntunan politik agama,” pungkasnya.(rahma)