Dapat Dawuh Agar Berkunjung ke Pantai Bale Kambang

oleh -62 Dilihat
oleh
Cak Woto saat di Pantai Bale Kambang

Perjalanan Religi Bersama Cak Woto

MALANG, PETISI.CO – Berawal dari giat bantu sesama, kepada seseorang yang dirundung masalah. Bisa dikata, problem yang dialami cukup pelik, karena menyangkut soal cinta yang dibalut dengan perkara gaib. Maaf,  tresno yang tak wajar itu tidak saya kupas lebih dalam, lantaran terkait dengan tata krama atau etika perilaku tertentu.

Yang terpenting adalah tindakan peduli sesama manusia untuk saling membantu. Ringkas cerita adalah saat proses netralisasi gangguan cinta nggak bloko yang dialami penderita. Ada dawuh agar saya berkunjung ke Pantai Bale Kambang yang terletak di Kecamatan Bantur Kabupaten Malang.

Dapat dawuh datang ke tempat wisata pantai selatan ini, terus terang menjadi beban tersendiri bagi diri saya.

Tapi dengan niat lillahi ta’alah, tetap berangkat ke pantai Bale Kambang, idep idep berwisata pantai melihat lihat dari dekat kebesaran Allah SWT.

Apalagi  sudah lama sekali, hampir 32 tahun tidak dolan ke wisata pantai satu ini. Akhirnya pada hari Senin minggu terakhir di bulan  Agustus 2017 meluncur ke sana dengan sejumlah teman.

Sesampai di lokasi, belum tahu apa yang harus dilakukan. Agar perasaan enjoi, ku pilih merebahkan badan di sandaran jok mobil beberapa menit sambil berdoa minta petunjuk kepada Sang Qolik. Tidak lama kemudian, ada petunjuk agar saya menuju pulau kecil yang diatasnya ada bangunan pura.

Lantas bergegas ke sana, ya… menuju ke obyek yang mirip dengan Tanah Lot di Bali. Dengan melewati jembatan kecil  panjangnya sekitar 50 meter sampailah ke obyek yang dimaksud. Di tempat ini ada petunjuk lanjutan perihal tomboh untuk orang yang ku bantu akibat gangguan cinta mistis.

Hampir 30 menit lamanya di tempat tersebut, setelah dirasa cukup, baru melangkahkan kaki kembali ke tempat semula yakni di kursi mobil yang terparkir di lokasi wisata pantai itu.

Sekali lagi maaf, petunjuk yang saya dapat di tempat mirip obyek Tanah Lot itu tidak bisa saya tulis dengan fulgar dalam cerita perjalanan religi ini.

Ya… sekedar menghormati etika dan toto kromo sosial bermasyarakat. Yang terpenting adalah, dimana pun kita berada hakikatnya merupakan obyek ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Setelah itu, perasaan ini tergerak untuk meninggalkan Pantai Bale Kambang yang eksotis menurut pendapat  pribadi saya.

Meski ada pesan tidak boleh lama-lama berada di wisata pantai ini. Beberapa menit kemudian….Pak Sopir yang sekaligus teman spiritual menstarter mobil  yang kami tumpangi.

Roda mobil pun bergerak pelan pelan meninggalkan lokasi pantai berpasir putih itu. Selanjutnya menuju ke mana dan ada petunjuk apa lagi? Bila waktu berkenan,  ada lanjutannya….salam iman dan bertaqwa kepada Tuhan Sang Pencipta alam semesta ini. (suwoto)