Dewan Sidak Prostitusi Dolly dan Morsen yang Kembali Bergeliat

oleh -57 Dilihat
oleh
Munculnya kembali cewek-cewek yang didisplay di showroom

SURABAYA, PETISI.CO – Kabar bukanya kembali salah satu prostitusi terbesar di Kota Surabaya semakin santer terdengar hingga ke telinga para Anggota DPRD Kota Surabaya.

Hal itu semakin membuat para anggota DPRD Kota Surabaya untuk melakukan investigasi, dan memastikan kebenaran kabar tersebut.

“Dolly dan Morsen (Moroseneng) buka lagi? Pertanyaan ini saya terima dari beberapa teman setelah mereka mendapatkan informasi dari mulut ke mulut secara terbatas,” ujar Drs. Imam Syafi’i SH MH, selaku Anggota Komisi A DPRD Kota Surabaya ketika dimintai tanggapan oleh awak media, Sabtu (02/07/2022).

Mendengar kabar tersebut yang semakin santer, Imam Syafi’i langsung melakukan sidak (Inspeksi Mendadak, red) dan investigasi seketika itu juga untuk memastikan kebenarannya, setelah dimintai tanggapan oleh awak media.

“Saya pun merasa sangat Eager (Amat ingin tahu, red) untuk turun langsung ke bekas tempat lokasi pelacuran terkenal di Surabaya tersebut,” ungkap Imam kepada awak media.

Sebelumnya Imam berharap, bahwa kabar tersebut cuma hanya hoax (Kabar bohong, red) atau sekedar isu miring ditengah masyarakat. Karena Pemkot Surabaya sudah menggelontorkan dana sekitar 16 miliar untuk mengentaskan prostitusi pada 8 tahun yang lalu. Dan pada waktu itu Pemkot juga membeli belasan, bahkan puluhan rumah yang sebelumnya dijadikan bisnis “esek-esek”.

Lalu rumah-rumah yang dulu kononnya dibuat maksiat itu disulap menjadi taman, rumah baca, tempat budidaya anggrek, hingga sentra produk UMKM. Bahkan kabar terbaru di Sememi Jaya, sangat dekat Morsen, juga didirikan rumah padat karya untuk warga MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah, red). Yaitu sebagai tempat cuci motor dan mobil melalui program Rumah Padat Karya, yang baru-baru ini diresmikan langsung oleh Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi.

“Saya harap kabar bukanya Dolly dan Morsen tidak benar alias hoax. Maklum Pemkot Surabaya sudah menggelontorkan dana yang sangat besar. Pemkot dulu juga membeli belasan bahkan puluhan rumah yang sebelumnya dijadikan bisnis ‘esek-esek’ untuk menuntaskan prostitusi,” tutur Imam kepada awak media.

Dan benar juga. Kabar bukanya kembali salah satu prostitusi terbesar di Kota Surabaya, ternyata bukan cuma isapan jempol belaka yang awalnya dari mulut ke mulut secara terbatas.

“Setelah melakukan investigasi ke lapangan, ternyata kabar bukanya lagi Dolly dan Morsen bukan isapan jempol. Di Dolly saya temukan 10 wisma beroperasi lagi,” beber Imam kepada awak media, Minggu (03/07/2022).

Modus wisma di Morsen digembok dari luar. Namun gembok dibuka jika makelar di depan rumah membawa masuk laki-laki hidung belang yang ingin jajan kue cinta instan di dalamnya. Sedangkan di Dolly, modus cafe yang gunakan untuk prosititusi tidak jauh dari mulut gang Dolly.

“Modusnya wisma digembok dari luar. Gembok dibuka jika makelar di depan rumah membawa masuk laki-laki hidung belang yang ingin jajan kue cinta instan di dalamnya. Tamu wisma bisa pilih cewek-cewek yang di-display di showroom. Harganya Rp 180 ribu dan Rp 200 ribu,” imbuh Imam.

“Di Dolly agak beda. Saya memergoki cafe dipakai untuk prosititusi. Tidak jauh dari mulut gang Dolly. Di pinggir jalan utama. Tidak ada ruang pamer gadis-gadis penjaja cinta duduk berderet di sofa. Seperti di Morsen,” imbuhnya lagi Politisi dari fraksi Nasdem ini.

Sebagai gantinya, agar bisnis haram ini tidak terendus petugas keamanan, makelar menunjukkan foto sejumlah gadis melalui handphone. Dengan penampilan melalui foto yang terlihat rata-rata masih muda dan cantik-cantik.

Jika sudah Deal (Setuju/Sepakat memilih, red), gadis-gadis tersebut dijemput dari tempat kos mereka, sebelum naik ke loteng dengan tarif Rp 300 ribu. Bisnis haram tersebut tidak jauh dari cafe yang buka hingga jam 4 subuh itu.

“Lho kok gak sama dengan yang di foto. Wajahnya lebih tua dan badannya agak gemuk,” protes dua laki-laki lain setelah si makelar membawa masuk dua gadis ke cafe, yang sebelumnya dijemput dari tempat kos mereka.

Imam mengatakan, sebelumnya telah menyampaikan kabar ini saat rapat Komisi A (hukum dan pemerintahan) DPRD Surabaya dengan 31 Camat. Lalu beberapa hari kemudian dengan 154 lurah se-Surabaya pada hari Jum’at (01/07/2022) kemarin, jika memang lokasi prostitusi tersebut terbukti beroperasi lagi.

“Kemarin sudah saya singgung kabar ini, yaitu saat rapat Komisi A (Hukum dan Pemerintahan) DPRD Surabaya dengan 31 Camat. Lalu beberapa hari kemudian dengan 154 lurah se-Surabaya. Lha ini kok terbukti beneran ada,” terang Imam merasa terkejut.

Imam berharap kepada Pemkot Surabaya semoga ada upaya untuk mengatasi persoalan tersebut secara sosial. Serta juga dicarikan solusi yang manusiawi terhadap para pelaku maksiat.

“Semoga ada upaya dari pemkot mengatasi persoalan sosial dan dosa besar ini. Tidak hanya melarang gadis-gadis itu bermaksiat. Tapi juga dicarikan solusi yang manusiawi. Agar mereka tidak terus menerus ke jalan sesat dan menyesatkan tersebut,” pungkas Drs. Imam Syafi’i SH MH, Anggota Komisi A DPRD Kota Surabaya. (riz)

No More Posts Available.

No more pages to load.