MALANG, PETISI.CO – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kota Malang menggali sejarah pendidikan dengan menyelenggarakan kajian dan seminar bertempat di ruang pameran Museum Pendidikan Jalan Raya Telogowaru, Kota Malang, Rabu (04/11/2020).
Kajian itu sendiri meliputi kriteria apa saja nantinya koleksi yang bisa ditampilkan di dalam Museum Pendidikan tersebut.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang, Dra. Zubaidah, MM melalui Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Andayun mengatakan, hari ini menyelenggarakan kajian dan seminar tentang Museum Pendidikan selama dua hari kedepan guna mencari strategi dan memantapkan program unggulan dari Museum Pendidikan.
“Koleksi Museum Pendidikan sudah mengkoleksi 122 macam benda bersejarah dan pada hari ini dilakukan kajian secara akademis. Apakah benda koleksi museum pendidikan di sini sudah sesuai kriteria nilai sejarah di dunia pendidikan atau bagaimana nantinya kita masih mengkaji bersama para ahlinya,” Andayun berujar.
Lanjutnya, 122 koleksi itu meliputi baju guru warna abu-abu, meja kursi, bahkan sepeda ontel, mesin ketik jadul, baju adat daerah di seluruh Indonesia, beberapa foto guru mengajar dan karikatur, gentong keramik, patung pahlawan revolusi dan sebagainya. “Nantinya Museum Pendidikan ini ditampilkan dengan displai yang menarik agar tampilannya tidak membosankan,” tambahnya.
“Untuk menentukan dalam kajian tersebut Dikbud masih belum mempunyai kurator ahli di bidang Museum Pendidikan maupun Kebudayaan. Makanya kita menggandeng Ahli Sejarah dan Arkeolog dari Universitas Negeri Malang (UN) untuk melakukan kajian bersama pada hari pertama ini,” jelas Kabid Kebudayaan yang mengaku masih baru mendalami tentang koleksi sejarah Museum Pendidikan,” terangnya.
Andayun juga menjelaskan, peserta yang mengikuti Kajian dan Seminar sejumlah 30 peserta terdiri dari komunitas pegiat sejarah budaya Malang, Malang Heritage dan beberapa pelaku lainnya, juga diikuti oleh beberapa kepala sekolah guru sejarah.
Dari data dan kajian yang diperoleh bersama kurator bidang sejarah dan komunitas budaya nanti berapa yang terpenuhi akan disosialisasikan secara komperehansif terkait cagar budaya dan permuseuman kepada masyarakat sesudah ada peraturan wali kota (perwal) terbit.
Sementara itu, Deni Yudho Wahyudi Arkeolog dan ahli Sejarah kebudayaan Universitas Negeri Malang mengatakan, Museum Pendidikan ini sangat potensi bagi Kota Malang sebagai pusat kota pendidikan dan pariwisata dan salah satunya bisa menjadi destinasi wisata museum.
“Karena di Kota Malang banyak museum-museum yang akan menjadi destinasi wisata unggulan,” terang Deny Panggilan akrab Deni Yudho Wahyudi.
Lanjut Deny, karena wisata di Kota Malang tidak ada wisata alam maka Museum Pendidikan bisa dikembangkan, dan kegiatan ini sebagai potensi atau embrio yang bagus, tetapi memang setelah kita lihat masih belum maksimal.
“Maka dengan melibatkan beberapa komunitas sejarah dan budaya nanti kita bisa memberikan masukan Museum Pendidikan ini nantinya sebagai Story Land ataukah sebagai pusat ilmu pengetahuan,” tuturnya. (clis/adv)