Dispendik Kota Surabaya Pantau Simulasi Pembelajaran Tatap Muka dengan Protokol Kesehatan di SMP

oleh -165 Dilihat
oleh
Kegiatan simulasi penerapan protokol kesehatan dan pembelajaran secara tatap muka di SMPN 3 Kota Surabaya.

SURABAYA, PETISI.CO – Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan simulasi pembelajaran secara tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan di sekolah tingkat menengah negeri dan swasta.

Salah satu sekolah yang melakukan simulasi adalah SMPN Negeri 3 Kota Surabaya. Beberapa orang guru di sana, tampak berperan sebagai pelajaran yang melakukan kegiatan dari mulai datang ke sekolah hingga pulang.

Kepala Bidang Sekolah Menengah Dispendik Kota Surabaya, Sudarminto.

Menurut Kepala Bidang Sekolah Menengah Dispendik Kota Surabaya, Sudarminto, simulasi ini bertujuan untuk menyempurnakan penerapan protokol kesehatan ketika proses pembelajaran tatap muka dilaksanakan nantinya.

“Jadi persiapan sekolah ini sudah kita tentukan dengan pemetaan lima wilayah, ada 21 sekolah negeri dan swasta,” kata Sudarminto saat ditemui di sela-sela kegiatannya melakukan pemantauan di SMPN 3 Surabaya, Senin (3/8/2020) siang.

Terkait dengan simulasi wacana penerapan proses belajar mengajar secara tatap muka, Dispendik juga telah berkoordinasi dengan kepala sekolah dan tim gugus tugas tingkat sekolah untuk melakukan pelatihan penerapan menajemen resiko.

Tak hanya itu saja, ke 21 sekolah juga turut dilakukan pengecekan pada sarana dan prasarana (sarpras) yang kemudian akan dimasukkan ke dalam protokol kesehatan di sekolah.

“Sarprasnya secara fisik apa yang ditulis di protokol (kesehatan) di sekolah. Kalau ada kekurangan itu bisa kita fasilitasi,” ucapnya.

Guna memaksimalkan berjalannya penerapan sistem belajar dengan tatap muka, maka simulasi ini bakal dilakukan secara terjadwal selama 4 hari kedepan.

“Simulasi ini untuk memperoleh gambaran supaya nanti saat pelaksanaannya (pembelajaran tatap muka) itu kami betul-betul tau potretnya,” terangnya.

Adapun simulasi protokol kesehatan yang dilakukan di SMPN 3 Kota Surabaya, seperti screening suhu tubuh dengan thermallgun yang dilakukan oleh gugus tugas tingkat sekolah, pembatasan jumlah murid di dalam kelas sebesar 50 persen dari total kapasitas, dan menerapkan perbedaan jam masuk dengan selisih 30 menit, bagi siswa kelas 7 masuk pukul 08.00 WIB, kelas 8 pukul 07.30 WIB, serta pukul 9 jam 07.00 WIB.

“Sarprasnya apa mencukupi, kemudian bagaimana caranya memberikan thermogun dan sebagainya. Jadi setelah dilakukan thermogun ditunjukkan angka aman, siswa langsung masuk ke sekolah,” ungkapnya.

“Kemudian anak pulang seperti apa, terus gurunya pulang seperti apa. Anak kalau kemudian mau ke kamar mandi seperti apa, jadi hal-hal seperti itu lah yang ingin saya lihat di SMP 3 ini,” lanjutnya.

Kemudian kata dia, setelah simulasi ini dilakukan, maka pihaknya akan mengevaluasi aspek-aspek mana saja yang harus diperkuat untuk memberikan keamanan bagi para pelajaran.

“Ini bukan hal berani atau tidak berani, tapi ini masalah keselamatan peserta didik. Jadi kami harus benar-benar siap, jangan sampai ada yang tidak dilaksanakan,” katanya

Sebelum sistem pembelajaran tatap muka ini dilakukan kembali, pihaknya juga akan melakukan rapid tes kepada para guru untuk menjamin kondisi kesehatannya.

“Sebelum pelaksanaan, maka seluruh sekolah gurunya harus sehat dulu, dirapid semua karyawan, guru dan sebagainya. Kemudian gurunya punya riwayat kesehatan sakit bawaan apa. Guru-guru seperti ini tidak perlu tatap muka cukup daring saja, kerja dari rumah,” imbuhnya.

Ditemui seusai simulasi, Pelaksana Tugas (PLT) Kepala Sekola SMPN 3 Ahmad Sya’roni mengatakan, pihaknya juga telah durasi kegiatan belajar mengajar yang akan diampuh para siswanya.

“Kegiatan belajar mengajar selama satu hari dengan durasi 6-7 jam dengan maximal 4 mata pelajaran,” kata dia.

Kemudian, dia menjelaskan, bahwa untuk jam istirahat tidak diadakan. Akan tetapi, pihaknya bakal mempersilahkan para siswa untuk membawa ke dalam kelas.

“Kami juga tidak menyediakan istirahat, kami berikan ijin makan untuk makanan berat, maka bisa ke ruangan khusus dan akan diawasi oleh pengawas,” ucapnya.

Tahapan survei melalui kuesioner juga dilakukan untuk mengetahui riwayat kesehatan para peserta didik beserta orang tuanya.

“Bekerjasama dengan dinsos juga bila ada data siswa yang orang tua atau kerabat yang terpapar. Bila orang tua tidak memperbolehkan maka tidak kami paksa, namun sistem pembelajaran akan tetap menggunakan daring,” pungkasnya. (nan)

No More Posts Available.

No more pages to load.