Dokter FK Unair: Ginjal Anak dengan Orang Dewasa Memiliki Fungsi Yang Sama

oleh -68 Dilihat
oleh
Edukasi diberikan Riza melalui platform FK UNAIR

SURABAYA, PETISI.CO – Staf Divisi Nefrologi Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) RSUD Dr Soetomo, dr Muhammad Riza Kurniawan dr SpA(K) mengatakan bahwa ginjal anak dengan orang dewasa memiliki fungsi yang sama.

dr Muhammad Riza Kurniawan dr SpA(K) menjelaskan, ginjal merupakan salah satu organ yang penting dalam tubuh. Ginjal memiliki fungsi utama sebagai penyaring darah dari segala zat yang tidak diperlukan tubuh sebelum darah diedarkan ke seluruh tubuh.

Selain itu, ginjal punya fungsi mengatur keseimbangan, mengatur tekanan darah, hingga proses terciptanya hormon penting dalam tubuh

Sama halnya dengan organ lain, ginjal dapat mengalami berbagai permasalahan. Salah satu permasalahan yang dapat terjadi adalah gangguan ginjal akut, masalah itu tidak hanya terjadi pada orang dewasa, namun anak juga memiliki risiko yang sama.

“Tapi untuk anak kurang dari satu tahun punya nilai fungsi ginjal yang tidak seperti orang dewasa, jadi lebih rendah. Baru setelah satu atau dua tahun sudah menyerupai orang dewasa,” katanya.

Gangguan ginjal akut dapat terjadi apabila terdapat peningkatan serum kreatinin atau penurunan jumlah produksi urin. Kreatinin adalah limbah dalam darah hasil dari produksi jaringan otot saat beraktivitas.

Kreatinin dalam darah akan disaring oleh ginjal dan dibuang melalui urin. Jika fungsi ginjal terganggu maka ginjal akan kesulitan untuk menyaring kreatinin sehingga jumlahnya meningkat dalam darah.

Tanda dan gejala gangguan ginjal pada anak bergantung pada penyebabnya. “Gejala umumnya pantau terus produksi urin. Jika jumlahnya menurun atau enam jam tidak buang air kecil meski minum air cukup, segera bawa ke dokter,” tutur Riza.

Normalnya seorang anak buang air kecil minimal 0,5 cc/kg/jam. Misalnya berat badan anak 10 kg, maka normalnya dalam 1 jam buang air kecil minimal 5 cc sehingga dalam 6 jam anak buang air kecil sebanyak 30 cc.

Jika fungsi ginjal sangat menurun, maka bisa dilakukan cuci darah. Hal itu dapat dilakukan dengan mesin atau yang sering disebut hemodialisis atau cuci perut. Kendati demikian pada kasus gangguan ginjal akut, masih memiliki kemungkinan kemungkinan untuk sembuh.

“Jika pada kasus gangguan ginjal akut, maka fungsi ginjal harus kembali normal. Tapi terkadang tidak banyak yang mengerti bahwa pemeriksaan fungsi ginjal tidak seperti pemeriksaan darah yang dilakukan secara rutin,” jelas Riza.

“Jika tidak pernah ada riwayat tidak pernah kencing, tidak pernah bengkak di beberapa area tubuh maka bisa dikembalikan seperti normal (Fungsi ginjal, Red),” imbuhnya.

Gangguan ginjal akut sifatnya berubah-ubah. “Ini sifatnya reversibel ya tapi jika kita tidak tahu asal muasalnya dan fungsi ginjal tidak kembali dalam kurun waktu tiga bulan maka akan masuk ke tahap gagal ginjal kronis. Cuci darah tidak terjadi selamanya tergantung bagaimana hasil dari pengukuran fungsi ginjalnya,” terangnya.

Anak dengan gangguan ginjal akut tetap memiliki kesempatan yang sama dengan anak lainnya. Ia akan tetap tumbuh dan berkembang dengan baik.

“Tentu mereka punya (Harapan hidup, Red). Mereka tetap tumbuh dan berkembang tapi tetap harus terkontrol misal jumlah urin dan evaluasi ginjalnya. Jadi harus rutin kontrol ke dokter,” tutur Riza. “Hati-hati juga karena ginjalnya pernah cedera,” tambahnya.

Pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terjadi gangguan ginjal akut pada anak. Misalnya, menjaga asupan nutrisi, cairan, dan makan makanan yang bergizi. Sehubungan dengan belum berakhirnya pandemi Covid-19 maka taat terhadap protokol kesehatan sehingga anak dapat mengurangi kerentanan anaka untuk sakit.

“Bagi anak-anak lebih besar hindari merokok, alkohol, obat-obatan terlarang. Hindari juga obat-obatan diluar resep yang diberikan dokter,” kata Riza.

Gangguan ginjal akut progresif atipikal atau yang saat ini dikenal dengan gangguan ginjal misterius masih belum diketahui penyebabnya secara pasti. “Setiap gangguan ginjal harus diketahui penyebabnya, karena belum diketahui maka banyak yang menyebutnya misterius,” tutur Riza.

Masih banyaknya rumor dan asumsi yang beredar di masyarakat sehingga Riza mengimbau untuk tetap tenang dalam menyikapi hal ini. “Jangan panik, kalau memang ada keluhan seperti produksi urin yang berkurang maka segera bawa ke dokter,” pesan Riza.

Gangguan ginjal akut progresif atipikal ini sama halnya dengan gangguan ginjal akut yang bisa terjadi, yang menjadi perbedaan adalah perbukuran yang cepat dan penyebabnya yang belum diketahui.

Hal yang harus dilakukan dalam mewaspadai kasus ini ialah tetap tenang dan mengikuti arahan dari kementerian kesehatan. “Ikuti saja arahan yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan sampai hasil penelitian terbukti secara benar, sembari memantau produksi urin anak,” tutup Riza.

Edukasi ini diberikan oleh Riza melalui platform FK UNAIR yang disiarkan melaui kanal YouTube Dokter UNAIR TV. Setiap minggunya ada berbagai episode berbeda yang ditampilkan. (cah)