ESTIBA Juara, Terus Pacu Progam Merdeka Belajar

oleh -89 Dilihat
oleh
Salah satu fasilitas gedung sekolah ESTIBA, saat difungsikan oleh masyarakat

BATU, PETISI.CO – SMP Negeri 03 Batu (ESTIBA), yang kerap disebut ESTIBA Juara ini, terus memacu semangat guru, siswa dan orang tua wali untuk terus maju dan berinovasi disegala sektor.

Kendati, ESTIBA Juara setelah menjadi sekolah penggerak ia terus melaju dengan kurikulum baru yaitu Kurikulum Merdeka Belajar (KMB). Maka tiada henti untuk terus berkreasi, berinovasi, dan menjadikan peserta didik untuk jadi generasi yang handal di jamannya.

Kepala ESTIBA Juara Kota Batu, Budi Prasetyo SPd, yang didampingi Waka Kurikulum, Mohamad Rofik SPd, saat wawancara bersama awak media

Waka Kurikulum, Mohamad Rofik SPd saat ditemui di sekolahnya menuturkan, muatan pembelajaran KMB ini pastinya beda dengan kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum 13 (K13).

“KMB ini lebih merujuk kepada P5 yaitu Projek, Penguatan, Profil, Pelajar, dan Pancasila. Artinya, siswa lebih ditekankan kepada sikap dan moralnya yang lebih baik,” tuturnya Rabu (7/9/2022).

Alasannya, penguatan pembelajaran pasti ada perbedaan dari sebelumnya. Untuk K13 yaitu, intra kulikuler, ko kulikuler, dan ekstra kulikuler. Sedangkan KMB untuk hari ini yaitu, intra kulikuler ada pembelajaran biasa juga, munlok (muatan mata pelajaran lokal), ekstra kulikuler tetap ada untuk penguatan minat juga bakat siswa, dan P5.

“Di sinilah P5 ada penekanan pada sikap dan moral siswa. Ada beberapa tema didalam pelaksanaan P5 yang sudah kita dilaksanakan yaitu tema kearifan lokal, kewirausahaan, Bhineka Tunggu Ika. Dan saat ini yang sedang proses, pekan kedua tema pertama di tahun ini yang kebetulan kelas VII dan VIII sama. Lalu gaya hidup berkelanjutan dan ditahun ini suara demokrasi dan ditahun ke tiga bangunlah jiwa dan raganya. Rekayasa dan Teknologi,” ucapnya, kepada petisi.co.

Lebih lanjut, masih kata Rofik, di tahun kedua ini KMB dari tema-teman itu ada dimensi yang kita nilai diantaranya beriman, bertaqwa, religius, gotong royong, berkebhinekaan global supaya siswa dapat mengenal berbagai macam budaya dan saling menghargai.

“Dengan KMB ini, supaya siswa dapat menguatkan materi dengan melalui ekstra. Seperti di hari Senin siswa sudah masuk di sekolah jam 06.45 WIB sampai 14.45 WIB, sedangkan di hari Selasa sampai Kamis masuk jam 07.00 WIB sampai jam 14.00 WIB,” bebernya.

Meski demikian, siswa setiap pagi masuk sekolah, selalu melakukan pembiasaan. Masih dalam situasi pandemi saat ini siswa ada pembiasaan dengan 5S yaitu senyum, salam, sapa, salim, sholat duhur. Ketika salim, siswa bisa mengunakan kedua tangannya di dadanya, tidak harus berjabat tangan. Tetapi selama pandemi ada pembiasaan baru untuk siswa.

“Terbentuknya profil Pancasila, dengan adanya projek tersebut diharapkan akan lahir generasi yang beriman, bertqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa suka bergotong royong, memiliki kebhinekaan global, mandiri, berpikir kritis, dan kreatif,” tandasnya.

Waktu yang sama, Kepala ESTIBA Budi Prasetyo SPd juga menuturkan, KMB ini sudah memasuki tahun ke dua (2). Selamat ini baik siswa maupun orang tua siswa tidak merasa keberatan, karena secara pelaksana alokasi waktunya tetap, juga alokasi pembiayaan juga tetap, tidak memberatkan orang tua. Dengan adanya projek ini, orang tua merasa senang dan mendukung.

“Secara otomatis, siswa akan terlibat secara langsung dengan adanya projek ini, bukan hanya teoritis saja. Yang jelas persiapan ditata secara sistematis dan lengkap, sehingga dapat melayani dengan baik. Diperkirakan projek dibutuhkan waktu sekitar dua mingguan, dan terus berproses,” paparnya, sembari tersenyum.

Pada dasarnya, di ESTIBA mayoritas guru sudah siap. Hanya sebagian yang perlu pendampingan dan motifasi. Sehingga untuk peningkatan layanan, siswa lebih terlayani. Sedangkan tantangan guru, ada pada kebijakan baru dari Pemerintah.

“Saya sudah menekankan kepada semua teman-teman yaitu guru di ESTIBA, untuk tidak hanya mencerdaskan siswa saja akan tetapi juga mencerdaskan orang tua dan masyarakat. Sehingga fungsi sekolah bukan hanya sekedar transfer ilmu saja, bahkan masyarakat semakin memahami pentingnya pendidikan dan semakin cerdas,” imbuhnya.

“Makanya perlu dibangun komunikasi dengan orang tua siswa secara efektif, dengan melakukan pertemuan rutin, melalui surat, dan rapat. Supaya pendamping terhadap siswa menjadi lebih maksimal. Kalau tidak ada sinergi, antara orang tua siswa, masyarakat, dan guru tidak akan biasa berjalan,” ujarnya.

Lanjut Budi, tentunya kepercayaan orang tua siswa akan semakin meningkat setelah komunikasi itu berjalan. Kita juga memfasilitasi masyarakat untuk menggunakan fasilitas sekolah, salah satunya gedung untuk raker tentang UKS dari Universitas Brawijaya yang dihadiri siswa dari SMP Negeri 01, SMP Negeri 02, SMP Negeri 03, SMP Negeri 04, dan SMP Negeri 06.

“Seperti kemarin di ESTIBA, tentang kebersihan lingkungan kita mendatangkan ustadz untuk memberikan edukasi kebersihan lingkungan dari pandangan agama. Maka intinya guru harus repot, dan direpotkan oleh siswa, karena untuk meningkatkan kwalitas layanan terhadap siswa. Semakin baik layanan kita, maka akan membuka masa depan siswa menjadi lebih baik,” pungkasnya. (eka)

No More Posts Available.

No more pages to load.