BONDOWOSO, PETISI.CO – Fraksi Gerindra dan Nasdem (Ganas) menilai bidang pertanian di Bondowoso, perlu mendapatkan penanganan rencana secara matang dan serius. Tujuannya, agar menumbuhkan inovasi produksi pertanian yang harus teritegrasi dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang lain.
Hal ini, disampaikan oleh juru bicara Fraksi Ganas, yaitu, Abdul Majid dalam Rapat Paripurna Pemandangan Umum Fraksi Terhadap Raperda Tentang Pertangungjawaban Pelaksanaan APBD tahun anggaran 2018, Selasa (11/6/2019) di gedung kantor DPRD Bondowoso.
“Produksi pertanian pokok yang di hasilkan sering gagal panen, holtikultura sering terjadi harga yang tidak stabil. Ini yang membuat masyarakat dirugikan, karena lebih 65% masyarakat kita menggantungkan di bidang pertanian,” ungkapnya.
Dinas pertanian Bondowoso, dengan anggaran realisasi Rp. 47.354.303.605.00 atau 96% adalah sebuah program pelayanan yang memaksimalkan peran pemerintah kepada rakyat petani.
“Walaupun sampai tahun ini, pertumbuhan di bidang pertanian masih 3,5% di bawah laju inflasi 7%. Pertanian dan Pendapatan Aset Daerah (PAD) Rp. 336.765.162.00 atau 94,67%, masih tidak mencapai 100%,” katanya.
Sekedar informasi, sedikitnya ada 60 persen masyarakat Bondowoso berprofesi sebagai petani. Namun demikian, baru 0,2 hingga 0,3 persen petani yang memiliki lahan sendiri atau mayoritas masih menjadi buruh tani. Kondisi ini, semakin mengkhawatirkan dengan rendahnya kesadaran petani akan pentingnya asuransi.
Masa depan masyarakat Bondowoso adalah pertanianan, dan masa depan pertanian adalah Bondowoso. Berdasarkan realita tersebut, tantangan pembangunan kedepan akan semakin berat. Maka, perlu trobosan untuk meningkatkan kualitas produk pertanian. Sehingga, memiliki keunggulan dan mampu bersaing dipasar.
Untuk menghasilkan komoditi pertanian yang memiliki keunggulan, diperlukan petani yang mandiri dan inovatif. Sumber Daya Manusia (SDM), adalah yang paling utama. Hal tersebut, menjadi PR dinas Pertanian Bondowoso.(tif)