HET Migor Curah Naik, Pengusaha Kerupuk di Surabaya Kurangi Produksi

oleh -85 Dilihat
oleh
Produksi kerupuk yang terimbas dengan naiknya harga minyak goreng curah

SURABAYA, PETISI.CO – Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng (migor) curah saat ini berada pada harga kisaran yang menyentuh Rp 14.000 per liternya. Hal tersebut, akhirnya berdampak pada beberapa sektor usaha khususnya jajanan, salah satunya usaha kerupuk.

Levi Yuli Anjarto, salah seorang pengusaha kerupuk di Kota Surabaya mengatakan, untuk menggoreng kerupuk sehari saja butuh sekitar 20-25 galon minyak goreng curah. Suplai minyak goreng itu didapatnya dari tiga agen berbeda. Namun, sebelum mulai produksi, dia harus terlebih dulu berkeliling untuk berburu minyak goreng curah.

“Satu aku dapat 10 (galon), terus satunya dapat 5, sampai seterunya. Pokoknya mencukupi untuk goreng,” ungkap Levi saat dihubungi via ponsel.

Levi menyatakan, antri minyak goreng pun juga memakan waktu yang tidak sebentar. Namun jumlah yang didapatkan tak sebanding dengan ekspektasinya.

Meski begitu, demi melangsungkan usahanya, Levi bersedia menjalani segala macam kendala di lapangan, termasuk ongkos lain juga ikut membengkak.

Itu belum menghitung harga plastik kemasan yang saat ini tengah naik. Biasanya sekilo dipatok sebesar Rp 35.000, tetapi kini menjadi Rp 40.000.

“Minyak goreng aku dapat Rp 15.000 sekilo. Ya butuh tenaga ekstra muter-muter, biaya bengkak dari bensin ya pasti,” ujarnya.

Penjualan kerupuk dalam bentuk kemasan. Satu bundel terdapat empat plastik dengan harga Rp 10.000, masing-masing berisi delapan kerupuk.

Saat harga minyak curah naik, dirinya memilih tak menaikan harga. Alasannya, jika memilih menaikan harga namun pengusaha lain mematok harah yang tetap, dikhawatirkan usahanya sepi.

“Kalau (harga kerupuk) bisa sama gitu ya gak apa-apa (naik), tetapi ini kan gak bisa gitu. Di tempat lain gak naik, disini naik bisa diprotes juga,” kata Levi.

Saat ditanya mengenai omzet, ia menjelaskan memang terjadi penurunan yang signifikan. Persentasenya bisa sampai 50-70 persen. Akhirnya isi kerupuk dalam satu plastik dikurungi, dari 10 menjadi delapan biji. Itu juga mempertimbangkan kembang kempisnya pemasukan.

“Aku kan kerupuk mentah ambil jadi gak produksi sendiri. Kalau pabrik produksi sendiri itu bisa diakali dengan ngurangi ketebalannya,” paparnya.

Menurutnya, pengurangan kuantitas kerupuk juga mengundang komplain dari para pedagang eceran. Pasalnya, hal itu juga menurunkan omzet mereka.

“Misalnya, satu bal itu isi 180 kerupuk, nah produksi gak stabil isinya jadi 150 kerupuk. Itu kan juga pengaruh ke omzet mereka (pedagang eceran),” urai Levi.

Kendati begitu, dirinya berharap kondisi ini dapat segera terselesaikan. Harga bisa normal dan kondisi minyak lancar seperti sedia kala.

“Lancar lah, gak kaya gini kondisinya,” pungkas Levi. (dvd)

No More Posts Available.

No more pages to load.