Hingga Lebaran, Stok Cabai Rawit di Jatim Mencukupi

oleh -79 Dilihat
oleh
Kepala Dinas Pertanian Jatim, Hadi Sulistyo

SURABAYA, PETISI.CO – Masyarakat tak perlu khawatir dengan kebutuhan cabai rawit di akhir puasa Ramadhan hingga lebaran Idul Fitri 2019. Ketersediaan cabai rawit di Jatim masih relatif aman. Produksi cabai rawit pada bulan Mei dan Juni melebihi konsumsi masyarakat.

Kelebihan stok tersebut, membuat harga cabai rawit di pasaran jadi lebih murah. “Itu hukum pasar. Kelebihan stok membuat harga murah, termasuk harga cabai rawit di Jatim,” kata Kepala Dinas Pertanian Jatim, Hadi Sulistyo kepada wartawan di Surabaya, Rabu (29/5/2019).

Berdasar data Dinas Pertanian, produksi cabai rawit di Jatim bulan Mei mencapai 331.375 ton. Meningkat dibanding produksi bulan April sebanyak 326.304 ton. Namun, pada Juni nanti, produksi cabai rawit diperkirakan turun menjadi 18.306 ton.

“Harga cabai sekarang turun bisa mencapai Rp 4-5 ribu/kg. Juni nanti diperkirakan harga normal karena produksi normal lagi,” ucapnya.

Menurutnya, pada 2018 lalu, harga stabil karena petani tidak banyak yang tanam cabai rawit. Begitu harga cabai bagus, lalu petani berbondo-bondong tanam cabai. Januari tanam.

Selain cabai rawit, komoditi lain seperti bawang merah, cabai merah dan cabai keriting juga tersedia cukup. Hanya bawang putih saja yang defisit. Berdasar data Dinas Pertanian Jatim, produksi bawang putih pada Mei sebanyak 2.009 ton. Tak sebanding dengan yang dikonsumsi masyarakat sebanyak 4.690 ton.

Pada bulan Juni, diperkirakan lebih turun produksinya sebanyak 264 ton. Sedangkan konsumsi masyarakat sebanyak 4.690. Dengan kata lain, pada dua bulan itu produksi bawang putih mengalami defisit. Akibatnya, harga bawang putih di pasaran melonjak.

Beruntung, di tengah melonjaknya harga bawang putih, pemerintah pusat melakukan langkah impor bawang putih. Jatim yang ikut kebagian jatah impor bawang putih, akhirnya tidak mengalami kelangkaan. Harga bawang putih berangsur normal.

“Sekarang, bawang putih aman setelah bawang putih impor masuk. Bahkan di Sidoarjo, setelah digelontor bawang putih harganya Rp 18 ribu perkilo, jauh dibawah standar,” ungkapnya.

Mengenai turunnya produksi bawang putih, Hadi meminta masyarakat bisa memahami kondisi di lapangan. Perlu diingat, bawang putih itu merupakan tanaman tropis, sedangkan Indonesia beriklim sub tropis.

“Pengelolaan bawang putih itu susah, benih mahal dan keuntungannya kecil sekali dibanding bawang putih impor,” tandasnya. (bm)

No More Posts Available.

No more pages to load.