Hudiyono dan Ardo Sahak, Kandidat Terkuat Pimpin Dinas Pendidikan Jatim

oleh -143 Dilihat
oleh
Hudiyono

SURABAYA, PETISI.CO – Dua alumni pejabat Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim menjadi kandidat terkuat mengisi kekosongan jabatan Kepala Dindik Jatim, yang ditinggalkan Saiful Rachman. Kedua pejabat itu, yakni Kepala Biro Administrasi Kesejahteraan Sosial merangkap Plt Kepala Dindik Jatim, Hudiyono dan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Jatim, Ardo Sahak.

Mantan Kepala Dindik Jatim, Saiful Rachman mengakui, munculnya kedua nama tersebut santer digadang-gadang akan menjadi penerusnya. Jika mengacu latar belakangnya di dinas pendidikan, keduanya memiliki peluang terpilih memimpin dinas pendidikan Jatim.

“Keduanya pernah menjadi bawahan saya. Tapi, saya tidak mendukung siapa atau siapa. Saya juga tidak ada orientasi harus alumni gentengkali. Tapi paling tidak dia paham dan ada nilai plus dari situ,” ujarnya ketika dikonfirmasi Selasa (25/6/2019).

Menurutnya, mengelola pendidikan di Jatim harus memiliki komitmen yang tinggi dan kemampuan untuk menerjemahkan visi misi Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Karena itu, tidak menutup kemungkinan Dindik Jatim akan dipimpin oleh orang di luar alumni dindik Jatim.

Nama lain yang muncul, adalah Kepala Bakorwil Madiun Gatot Gunarso dan Ramliyanto yang kini masih duduk sebagai sekretaris Dindik Jatim. Tapi untuk Gatot Gunarso kemungkinan cukup kecil karena akan memasuki pensiun dalam waktu dekat.

“Ramliyanto sebagai sosok yang juga sudah dikader untuk memimpin pendidikan. Tapi kapasitas di antara Ardo, Hudiyono, maupun Ramliyanto relatif sama. Kalau bicara loyalitas, masing-masing punya loyalitas. Tapi sekarang tidak cukup hanya loyalitas. Yang terpenting adalah memahami kebijakan pimpinan,” paparnya.

Ardo Sahak

Pihaknya punya prinsip bahwa orang yang memipin pendidikan itu punya komitmen yang tinggi terhadap pendidikan, bukan orientasi terhadap materi. Dan saya jangan sampai disalahkan orang karena tidak menyiapkan kader. Saya menyiapkan kader tapi kalau dituntut sama seperti pola saya juga tidak bisa,” tandasnya.

Pengalaman secara internal memang perlu. Tapi, prinsipnya adalah komitmen dan pola dalam memimpin. Hal itu juga harus didukung dengan karakter personal masing-masing. Karena dalam mengelola pendidikan salah satunya tidak bisa dengan emosional atau otoriter.

“Harus bisa menyelami pendidikan di semua lini. Bahkan terhadap pendidikan dasar yang meskipun itu bukan kewenangan Dindik Jatim harus dikuasai,” ungkapnya.

Calon kepala dindik, lanjutnya, juga harus menguasai politik anggaran. Mengingat saat ini anggaran yang dikelola Dindik Jatim mencapai Rp 12,3 triliun. Karena itu, tidak bisa juga kepala dinas pendidikan itu hanya menguasai teori dan lihai membuat konsep. Sementara eksekusi di lapangan justru lemah.

“Itu salah satu kelebihan Pak Ramli. Tapi di lapangan kan tidak cukup hanya itu. Eksekusi harus dilakukan dengan stabilitas emosi dan sistem operasi yang tepat” ungkap pria yang kini menjadi Widya Iswara Ahli Utama tersebut.

Komitmen terhadap pendidikan harus ditunjukkan dengan upaya untuk  memajukan pendidikan dengan mengembangkan inovasi-inovasi yang selama ini sudah dirintis. Sebab, keberlanjutan program sangat penting dan harus dijaga untuk terus dikembangkan. “Kalau jadi pemimpin jangan yang sudah lewat diudal-udal, dijelek-jelekan kemudian tidak digunakan. Itu keliru,” tegasnya.

Saiful menyadari, sosok dengan kriteria sempurna seperti itu mungkin tidak akan ditemukan. Namun, itu dapat dipelajari sering. “Proses pembelajaran itu pasti terjadi. Kalau mencari dengan track record seperti saya yang berasal dari guru ya gak ada. Pejabat sekarang kan semua berasal dari struktural administrasi,” tutur dia.

Memimpin pendidikan, tambahnya, berbeda dengan memimpin OPD lain. Karena Dindik Jatim mengayomi semua unsur, mulai dari pelaku pendidikan hingga masyarakat yang menggunakan layanan pendidikan. Jika orientasi hanya sebatas skup dinas pendidikan sulit. Orientasinya harus mulai kebutuhan dasar masyarakat terhadap pendidikan.

“Kita harus melihat track record orang. Kalau kita melihat anggaran pendidikan orientasinya langsung kepada masyarakat. Kalau kita memandang anggaran ini akan dapat berapa, wah buyar. Kalau itu diterapkan, di lapangan pasti akan teriak,” katanya.(bm)

No More Posts Available.

No more pages to load.