Ingin Jadi Ikon Wisata, Pemkab Ponorogo Kebut Bangunan Monumen Reog dan Musium Ponorogo

oleh -174 Dilihat
oleh
Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko

Surabaya, petisi.co – Kabupaten Ponorogo bakal memiliki destinasi wisata baru yang tidak kalah menariknya dengan destinasi wisata lain di Jawa Timur (Jatim). Destinasi wisata yang bakal menjadi ikon wisata di Jatim, khususnya Ponorogo itu, yakni Monumen Reog dan Musium Ponorogo.

Pasca Reog ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb), Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo kini tengah mengebut pembangunan Monumen Reog dan Musium Ponorogo. Diharapkan proyek tersebut akan selesai pada 2028.

“Saya ingin nantinya Monumen Reog dan Musium Ponorogo ini bisa menjadi ikon wisata di Jatim, khususnya Ponorogo. Tidak kalah dari wisata Bromo dan yang lainnya,” kata Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko ketika dijumpai dalam satu acara di Surabaya, Selasa (29/4).

Dijelaskan, monumen Reog dan musium Ponorogo ini memiliki ketinggian 126 meter. Dikerjakan dengan detail yang sangat sulit dan tidak sembarangan. Tak hanya pekerjaan konstruksi sipil biasa, tapi ada konstruksi seni yang mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi.

Sehingga, nantinya monumen Reog dan musium Ponorogo benar-benar bisa bercerita tentang peradaban, budaya dan masyarakat di Ponorogo. Dengan demikian, monumen dan musium tersebut, tidak hanya sekedar tempat wisata saja.

”Bayangkan, pekerja berada di atas ketinggian 126 meter dan membuat ormanen khas Reog. Tentu ini membutuhkan pekerja yang bisa bekerja dengan jiwa seni yang kuat dan bisa memanjat tebing,” ujarnya.

Kondisi ini, menurut Sugiri, menyebabkan penyelesaian pembangunan Monumen Reog dan Musium Ponorogo menjadi lama. Saat ini, proses pembangunan telah merambah ke jalur desain interiornya dan sarpras pendukung.

”Sekarang mulai memformat desain interiornya. Kami juga mengumpulkan beberapa artefak, manuskrip, juga berbagai benda koleksi koleksi sejarah tentang peradaban Ponorogo,” ungkap mantan anggota DPRD Jatim ini.

Ke depan, lanjutnya, monumen Reog dan musium Ponorogo harus bisa berbicara tentang kehidupan dan perkembangan Ponorogo dari tahun lampau hingga masa depan. Hal ini, tidak mudah karena harus bisa menarasikan untuk bisa dipahami oleh generasi mendatang.

”Saya ingin monumen dan musium tidak sekedar pameran benda pusaka, tidak hanya komponen benda koleksi. Tapi, di sini juga ada pameran literasi yang detail berbicara tentang Ponorogo kini dan masa lalu,” paparnya.

Pihaknya juga berharap monumen Reog dan musium Ponorogo bisa untuk menjadi sarana pembelajaran, pendidikan pengetahuan generasi pendatang yang lahir di masa depan.

Mengenai dampak efisiensi anggaran, Sugiri menegaskan akan terus berupaya agar pekerjaan besar tersebut tetap berjalan. Jika terdampak, pihaknya akan mencarikan alternatif anggaran agar proyek besar tersebut selesai sebelum tahun 2030.

”Tentang efisiensi, saya pikir kan bagaimana seorang bupati mampu mengelola efisiensi dengan dengan mengedepankan yang prioritas, mengesampingkan yang serba verbal. Insya Allah proyek ini terus berjalan dan bisa selesai sesuai target sebelum tahun 2030,” ujarnya. (bm)

No More Posts Available.

No more pages to load.