Ini Kata Pengamat Soal Dua Mobil PCR Yang Dialihkan Ke Luar Daerah

oleh -71 Dilihat
oleh
Pengamat Kebijakan Publik, Isa Anshori. (Ist)

SURABAYA, PETISI.CO – Kekecewaan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini ketika mengetahui dua unit bantuan mobil PRC (Polymerase Chain Reaction) dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dipindahkan ke Lamongan dan Tulungagung, dinilai sangatlah lumrah.

Pengamat Kebijakan Publik, Isa Anshori mengatakan, hal tersebut dinilai sangat lumrah. Karena pihak Pemkot Surabaya di bawah kepemimpinan Risma pada saat ini tengah berusaha untuk mengatasi pandemi Covid-19.

Meskipun tidak ada istilah bantuan khusus dari BNPB, kata Isa, kota Surabaya harus mendapat prioritas utama, karena melihat kurva data pasien yang cukup tinggi se Jatim.

“Ini menjadi pertanyaan besar bagi saya, kenapa dua mobil PCR itu malah dialihkan ke Tulungagung dan Lamongan yang jumlah pasiennya tidak begitu parah dan membahayakan. Saya kuatir Surabaya seperti Wuhan akan terjadi sungguhan,” ungkap mantan Wakil Ketua Dewan Pendidikan ini, Jumat (29/5/2020).

Apalagi, lanjut Isa, data terakhir jumlah pasien positif Covid-19 di Surabaya telah menyumbang 57 persen dari jumlah total pasien positif Covid-19 se-Jawa Timur yang kini telah mencapai 4.409 orang.

Selain itu, ia juga menyoroti kinerja Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jatim dalam beberapa bulan terakhir. Menurutnya, sejak awal dibentuk jika gugus tugas itu lebih banyak menyampaikan perkembangan data dari pada memaparkan solusi kepada masyarakat.

Tak sedikit pula, rata-rata yang disampaikan justru membuat publik makin panik. Misalnya soal tingkat recovery di Surabaya yang rendah, tuduhan penelantaran pasien, dan terbaru soal Surabaya bisa menjadi seperti Wuhan.

“Semuanya disampaikan tanpa upaya dan solusi konkret dari Pemprov. Sehingga wajar bila masyarakat makin bingung,” terangnya.

Isa menambahkan, problem yang lain juga datang dari sektor tenaga kesehatan (nakes). Berdasarkan data dari Pemprov Jatim, jumlah tenaga kesehatan yang terpapar virus Covid-19 di Jatim cukup mengkhawatirkan, yaitu mencapai sekitar 135 orang. Hal ini tentu menjadi salah satu indikator bahwa fungsi pembinaan rumah sakit-rumah sakit di Jatim oleh Gugus Tugas Penanganan Covid-19 belum berjalan maksimal.

“Banyak keluh kesah dari rekan saya yang bekerja di bidang kesehatan. Sebagian dari mereka merasa lelah dan takut tertular Covid-19. Apalagi banyak kabar korban jiwa dari tenaga kesehatan yang beredar di media sosial,” imbuh Isa.

Terkait hal ini, Isa berharap Pemprov Jatim harus mengevaluasi diri. Fungsi pembinaan rumah sakit tetap harus dijalankan secara intensif oleh Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jatim selalu koordinator di daerah.

Sebelumnya, Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jatim, Kohar Hari Santoso mengatakan, jumlah tenaga medis yang terpapar Covid-19 di Jatim mencapai 135 orang. Dengan rincian 62 perawat dan 47 dokter. Sisanya merupakan tenaga medis lain seperti petugas laboratorium, apoteker dan staf rumah sakit. (nan)

No More Posts Available.

No more pages to load.