SURABAYA, PETISI.CO – Polda Jatim terus melakukan penyelidikan atas insiden di asrama mahasiswa Papua di Jalan Kalasan, Surabaya. Terbaru, Polda Jatim memeriksa 9 orang sebagai saksi. Mereka berasal dari ormas, petugas kecamatan dan masyarakat setempat.
“Sabtu (24/8/2019) kemarin, kami tangani di Polda terkait ujaran rasisme. Ada sembilan orang sudah kami periksa. Dari ormas, dari petugas kecamatan, dan masyarakat setempat,” ujar kata Kapolda Jatim Inspektur Jenderal Luki Hermawan kepada wartawan di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Senin (26/8/2019).
Dijelaskan, kepolisian membagi insiden di Jalan Kalasan itu menjadi dua kasus. Pertama kasus perusakan bendera yang ditangani Polrestabes Surabaya, dan ujaran rasial yang ditangani Polda Jatim.
“Hari ini, Polda Jatim memeriksa sejumlah saksi sebanyak tujuh orang berkaitan dengan kasus ujaran rasisme yang diduga dilakukan oleh sejumlah oknum, termasuk oknum TNI. Dari ormas juga. Kami lihat hasil pemeriksaan hari ini, kalau ada perkembangan, mengarah ke mana, nanti kami sampaikan,” ujarnya.
Mengenai kasus perusakan Bendera Merah Putih sebagai lambang negara atau serikali disebut penistaan lambang negara, Polrestabes Suraabaya sudah memeriksa 64 orang saksi. “Kasus bendera ini kasus inti, kasus awal sebelum terjadi masalah lain. Polrestabes sudah memeriksa 64 orang, 42 di antaranya mahasiswa asal Papua di asrama,” ungkapnya.
Mahasiswa yang diperiksa pada Sabtu (17/8/2019) pada hari kejadian setelah dipaksa keluar oleh polisi dan diamankan ke Kantor Polisi, menyatakan tidak tahu tentang perusakan bendera di depan asrama. “Sisanya (22 orang) saksi dari masyarakat setempat dan ormas (Organisasi Masyarakat). Di antara mereka ada dua saksi inti,” jelasnya.
Dua saksi inti yang dimaksud Kapolda adalah masyarakat setempat yang mengaku melihat pelaku perusakan bendera itu. Sayangnya, mereka tidak mengenal siapa yang merusak bendera.
“Masalahnya itu terjadi pas Jumatan. Mereka (dua saksi inti) melihat ada orang masuk, mencabut bendera, matahin tiangnya, lalu dibuang. Tapi mereka tidak mengenal siapa orang itu. Ini yang masih kami dalami,” ungkapnya. (bm)