“Inti Moderasi Pendidikan adalah Proses Menata dan Melembutkan Hati”

oleh -113 Dilihat
oleh
Diskusi Moderasi dari Sekolah yang digelar BNPT, bekerja sama dengan FKPT Provinsi Jawa Timur
Bekerjasama dengan FKPT  Jatim,  BNPT Gelar Diskusi Moderasi dari Sekolah

MALANG, PETISI.CO – Budayawan yang dikenal dekat dengan Gus Dur, Presiden ke-4 RI, Ngatawi Al Zastrauw menekankan inti gerakan moderasi di sektor pendidikan adalah proses menata dan melembutkan hati, sehingga menumbuhkan cinta kasih yang pada ujungnya dapat mencegah tindak radikalisme maupun aksi terorisme.

Pernyataan tersebut disampaikan pada acara diskusi Moderasi dari Sekolah yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), bekerja sama dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Jawa Timur, yang mengambil tema Internalisasi Nilai-Nilai Agama dan Budaya di Sekolah dalam menumbuhkan Moderasi Beragama.

Acara yang dihadiri sedikitnya 80 Kepala Sekolah, Guru PAI SD/MI, SMP/MTs juga Guru Agama Kristen dan Hindu yang dilaksanakan di Hotel Rayz UMM, Rabu (7/10/2020).

“Nabi Muhammad SAW mengatakan, dalam jiwa manusia terdapat segumpal darah, yaitu hati, bila baik hatinya- baik pula perilakunya. Sebaliknya, bila rusak hatinya, maka akan negatif pula perilakunya. Strategi utama moderasi pendidikan bagaimana dengan budaya bisa melunakkan hati yang keras. Itu kunci yang jadi paradigma pendekatan yang harus diutamakan,” kata Zastrauw dalam penyampaian materi di acara diskusi Moderasi dari Sekolah.

Secara khusus, Zastrauw menjelaskan, moderasi disebutkan sebagai proses menerima perbedaan secara ikhlas.

“Menerima perbedaan yang ada secara ikhlas, sehingga bisa hidup bersama orang-orang yang memiliki perbedaan adalah pengertian harfiah dari moderasi,” ungkap staf pengajar Pasca sarjana Universitas Indonesia itu.

Lebih jauh Zastrauw menegaskan, proses internalisasi nilai-nilai agama dan budaya memerlukan strategi khusus dan harus dimulai sejak dini, khususnya di periode tumbuh kembang anak.

“Strategi internalisasi nilai-nilai agama sering dilakukan dengan pendekatan budaya, hal ini sebaiknya dilakukan saat masih anak-anak. Dulu proses pengenalan syariat agama baik islam, kristen, hindu selalu dilakukan dengan penuh suka cita kepada anak-anak sehingga anak sejak dini mengenal nilai-nilai spiritualitas dengan baik tanpa ada paksaan,” tegasnya.

Dalam Sambutannya, Direktur Pencegahan BNPT, R. Ahmad Nurwakhid yang dibacakan Kasubdit Pengawasan BNPT Chairil Anwar mengatakan, pihaknya selain melakukan proses penanggulangan terorisme dengan aspek penegakakan hukum secara tegas, BNPT juga melakukan pendekatan secara lunak dengan program-program yang berkonsepsi soft approach.

“Moderasi dari sekolah termasuk didalamnya upaya internalisasi nilai-nilai agama dan budaya di sekolah dalam menghadapi terorisme merupakan bentuk penanganan radikalisme secara soft approach (pendekatan lunak,red),” kata Chairil Anwar saat membacakan sambutan Direktur Pencegahan.

Acara Moderasi dari sekolah ini tetap digelar dengan menggunakan protokol kesehatan secara ketat guna mencegah timbulnya penyebaran covid-19.

Dalam acara itu bertindak selaku pembicara selain Ngatawi Al Zastrauw, terdapat  Muhammad Arifin, Kabid Agama, Sosial, Budaya FKPT Jatim. Pembicara lain, Sholehuddin M.Pd, Direktur Daulat Budaya yang juga staf pengajar Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Diskusi dibagi 2 sesi, dimoderatori Bendahara FKPT Jatim, Husniatus Salamah Zainiyati dan Kabid Pemberdayaan  Perempuan dan Anak, Nurul Barizah.

Muhammad Arifin dalam materinya menyamaikan, lembaga pendidikan secara institusi serta guru-guru khususnya guru agama dan pelaku pendidikan menjadi ujung tombak penting dalam proses moderasi pendidikan termasuk upaya internalisasi nilai-nilai agama serta budaya untuk proses pencegahan radikalisme.

“BNPT dan FKPT Jatim akan menggandeng semua stakeholder kependidikan agar bersama-sama melakukan upaya pencegahan radikalisme dan terorisme dari lini paling awal yaitu sektor pendidikan, khususnya pendidikan agama,” kata Arifin.

Pada Kesempatan sama Kepala Bidang  Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Jatim, Syamsuri menyatakan pihaknya sangat senang dengan adanya kegiatan yang diinisiasi oleh BNPT dan FKPT Jatim ini terkait moderasi dari sekolah ini.

“Langkah yang strategis ini mesti dilakukan lebih simultan menjadi lebih meluas spektrumnya hingga mencapai kabupaten dan kota di wilayah Jatim. Karena proses pencegahan radikalisme memang mesti masif dilakukan dari ranah pendidikan khususnya pendidikan agama,” kata Syamsuri.

Ketua FKPT Jatim, Hesti Armiwulan menyatakan, pihaknya tetap mengupayakan secara optimal pelibatan semua stakeholder dalam proses pencegahan radikalisme dan terorisme.

“FKPT Jatim yang merupakan bagian dari 32 FKPT secara nasional dan organ BNPT akan terus melakukan proses kerjasama dengan stakeholder strategis guna masifikasi upaya pencegahan tindak radikalisme dan terorisme. Pada kesempatan ini para kepala sekolah, pengejar serta guru agama jadi target khusus untuk dikuatkan kapasitasnya guna terlibat aktif dalam pencegahan radikalisme,” ungkap Hesti dalam sambutannya.(kip*)

No More Posts Available.

No more pages to load.