Istri Korban Penganiayaan Polres Pasaman Masih Trauma

oleh -223 Dilihat
oleh
Mustafa diduga korban penganiayaan di Polres Pasaman bersama istrinya Yesrita

PASBAR, PETISI.CO – Pasca penangkapan Mustafa dan dugaan penganiayaan yang dialaminya oleh sejumlah oknum anggota Polisi Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Pasaman atas tuduhan pembakaran satu unit alat berat jenis ekscavator (diduga untuk tambang emas ilegal-red) yang terjadi di Sinoangon, Nagari Cubadak, Kecamatan Dua Koto, Kabupaten Pasaman masih menyisakan trauma yang kuat bagi istrinya.

Yesrita, istri Mustafa kepada wartawan menceritakan bahwa saat kejadian suaminya ditangkap ia dan ketiga anaknya tengah berada dirumah ia merasa terkejut dan takut atas kejadian itu.

“Waktu itu yang saya rasakan takut, terkejut sampai orang tua saya pingsan di tengah jalan, saya menjerit minta tolong agar suami saya diturunkan dulu untuk melihat orang tua saya yang pingsan namun tidak dihiraukan,” ujarnya mengingat kembali kejadian itu, Sabtu (10/09).

Tidak hanya Yesrita istri Mustafa, ketiga anaknya juga takut dan trauma terhadap kejadian itu.

“Anak-anak saya juga takut dan menangis melihat ayahnya dibawa polisi sampai mereka tidak mau lagi tidur di rumah, karena takut akan kejadian itu,” ungkapnya.

Terkait tuduhan pembakaran ekscavator terhadap suaminya Yesrita membantah hal itu.

“Saya pastikan bukan suami saya pelakunya karena saya saat kejadian suami saya tengah berada di rumah karena sakit, demi Allah kami baru mengetahui adanya kejadian pembakaran alat berat tersebut kira-kira seminggu setelah itu karena saya ikut suami saya dari rumah ke kampungnya di Sinuangon untuk berjualan,” ungkapnya.

Terkait dengan dugaaan penganiayaan yang terjadi pada suaminya di Polres Pasaman, ia meyakini kuat hal dengan melihat kondisi suaminya saat keluar dari Polres Pasaman.

“Keadaan seperti itulah (saat keluar di Polres Pasaman) dilihatkannya yang lebam-lebam itu, telinganya bengkak, punggungnya lebam tampak jejak kayu di punggungnya, sebelum dijemput suami saya baik-baik saja tidak ada apa-apa sehat suami saya keluar dari situ sudah bengkak-bengkak,” tegasnya.

Atas kejadian itu ia menambahkan tidak terhingga rasanya beban yang mereka hadapi, bahkan hingga saat ini ia bersama anak-anaknya masih trauma.

Sampai malam tadi, Jum’at (09/09) mereka datang (anggota Propam Polres Pasaman) saya gemetar ketakutan. Mereka berenam, namun saya belum membolehkan mereka masuk karena suami saya tidak di rumah dan saya juga katakan anak-anak saya sudah takut.

Atas kejadian ini ia berharap mereka bisa mendapatkan keadilan karena atas kejadian ini suaminya tidak bisa lagi mencari nafkah.

“Sudah empat bulan suami saya tidak bisa lagi mencari nafkah untuk keluarga kami karena suami saya masih trauma atas kejadian yang menimpanya, padahal ia tulang punggung keluarga kami satu-satunya. Saat ini kami hanya menerima bantuan dari keluarga-keluarga kami untuk bisa makan, untuk itu kami sangat berharap keadilan bisa ditegakkan seadil-adilnya kami ingin persoalan ini juga bisa cepat terselesaikan,” tutupnya. (if)

No More Posts Available.

No more pages to load.