Kasun Desa Padasan Benarkan Jika Polindes Dijadikan Ladang Bisnis Wi-Fi

oleh -105 Dilihat
oleh
Tower Wi-Fi berdiri tegak dengan ketinggian 20 meter di samping Polindes Desa Padasan.

BONDOWOSO, PETISI.CO –  Salah satu Kepala Dusun (Kasun) di Desa Padasan, Kecamatan Pujer,  Bondowoso, inisial ML (40) membenarkan jikalau Pondok Bersalin Desa (Polindes) di wilayah setempat, menjadi ladang bisnis Wi-Fi kabel oleh,  HD suami perawat berinisial FF.

Menurutnya, hal itu semakin menguatkan dengan adanya peralatan kabel, tower di pinggir bangunan dan alat-alat Wi-Fi router  yang menjadi alat pendukung Wi-Fi.

“Padahal tanah itu merupakan aset desa yang dibangun untuk Polindes, tapi dijadikan tempat bisnis Wi-Fi,” tuturnya, Sabtu (30/5/2020).

Tak hanya itu, dia  juga mengungkapkan, karena tempat itu dijadikan tempat bisnis Wi-Fi, sehingga Bidan Lia (Bidan Desa Padasan sebelumnya), sebelum pindah tugas ke Desa Mangli, Kecamatan Pujer, terpaksa mengontrak di rumah masyarakat setempat. Bahkan, ketika melayani orang bersalin beberapa kali terpaksa menempati rumah kontrakannya.

“Selama ini selain jadi tempat bisnis Wi-Fi, memang pelayanan di Polindes banyak dikeluhkan warga setempat, karena faktor mahalnya biaya penarikan pelayanan pada masyarakat, jika periksa kesehatan kepada perawat yang menempati tempat itu,” ungkapnya.

Dia pun tidak menyangka jika Polindes Padasan terkesan tidak lagi menjadi bentuk partisipasi atau peran serta masyarakat dalam menyediakan tempat pertolongan pertama persalinan, pelayanan kesehatan ibu dan anak-anak termasuk Keluarga Berencana (KB).

“Sebab, petugas kesehatan di luar pun mengetahui jika tempat itu jadi tempat bisnis Wi-Fi Kabel,” katanya.

Lebih lanjut dia, mengaku bahwa, pernah berperiksa kesehatan terhadap perawat yang menempati Polindes itu ditarik dengan biaya yang menurutnya mahal.

“Kalau menurut saya tempat itu salah kalau jadi tempat bisnis Wi-Fi Kabel, karena sudah tidak sesuai dengan fungsinya. Dulu kantor Desa Padasan pernah ngalir juga Wi-Fi Kabel itu juga ditarik, padahal itu aset desa,” imbuhnya.

Sementara itu, HD yang disebut-sebut pebisnis Wi-Fi Ketika berhasil dikonfirmasi menyebutkan, bahwa Polindes itu bukanlah dialihfungsikan menjadi tempat bisnis Wi-Fi.

“Memang tempatnya di Polindes, tapi itu dibutuhkan oleh perawat yang bertugas,  untuk buat laporan melalui online ke Dinas Kesehatan atau Puskesmas,” cetusnya.

Ditanya soal pengaliran kabel Wi-Fi ke rumah warga desa tetangga  dan tarifnya berkisaran Rp 50 hingga Rp 150 ribu, dia menjawab. Memang betul, Jangkauan Wi-Fi ini sampai ke desa tetangga yakni Desa Jumpong, Kecamatan Wonosari. Dan itu, juga dibutuhkan warga di sana.

Soal tarifnya, yang 20 persennya buat untuk operasional dan untuk warga Desa Padasan.

“Yang 10 persen untuk operasional penagih, yang 10 persennya lagi buat beli beras untuk warga yang tidak mampu,” jelasnya.

Dalam waktu dekat, saya akan memindahkan tower itu ke tempat lain.

“Saya mengakui  salah, mendirikan tower Wi-Fi di Polindes. Tapi dalam waktu dekat, Tower itu akan dipindah ke tempat lain. Tapi tolong, jangan ada bahasa Polindes dialihfungsikan menjadi Bisnis Wi-Fi. Karena itu pelayanan kesehatan,” pungkasnya. (tif)

No More Posts Available.

No more pages to load.