Kasus Kematian Ibu Hamil di Jatim Masih Tinggi, Surabaya Salah Satunya

oleh -248 Dilihat
oleh
Ketua IDI Jatim, Dr dr Sutrisno SpOG(K)

SURABAYA, PETISI.CO – Kasus kematian pada ibu hamil di Jawa Timur masih tinggi. Diketahui pada tahun 2022 ini kematian ibu hamil masih di atas 500 kasus, dengan mayoritas ibu hamil meninggal di usia 35 tahun.

Ketua IDI Jatim, Dr dr Sutrisno SpOG(K) mengatakan, angka kematian ibu hamil di Jatim termasuk tinggi, meski tidak setinggi tahun lalu, yang mana penyebab utama kematian ini adalah pandemi COVID-19.

“Di Jatim tahun 2021, kematian ibu hamil mencapai angka 1.297. Pada tahun sebelum-sebelumnya, hanya sekitar 550-560 itu saja. Ketika ada covid lonjakan kasus kematian tinggi, karena memang faktor covid. Tahun ini, angka yang masuk 500 sekian,” ungkap dr Sutrisno saat ditemui detikJatim di kantor IDI Jatim, Selasa (29/11/2022).

dr Sutrisno menyatakan, paling banyak kasus kematian pada ibu hamil di Jatim ada di Jember, Surabaya dan lainnya. Kasus kematian ibu hamil ini justru banyak didapati dari kota-kota besar dengan RS atau tenaga kesehatan yang banyak.

“Jember, Surabaya, Malang, Bojonegoro dan Blitar. Ini paradok kota besar, dokternya banyak, RS banyak, akses mudah justru angka kematiannya tinggi. Namun saya lihat banyak rujukan, kasus yang berat dirujuk ke Surabaya, Malang, Jember dan lainnya,” ujarnya.

Oleh karena itu, kasus ini menjadi tantangan tersendiri bagi IDI Jatim. Pasalnya, di Jatim sendiri terdapat ratusan rumah sakit dan ribuan tenaga kesehatan yang bisa menangani ibu hamil.

“Makanya itu tantangan. Sekarang problem kematian hamil komplek, Jatim RS ada 404, spesialis kebidanan hampir 700, bidannya ribuan, perawat puluhan ribu. Tersebar dimana-mana, tetap kematian ibu tinggi. Ini tantangan berat dan kompleks,” kata dr Sutrisno.

Selain kematian pada ibu hamil, kasus stunting pada balita di Jatim juga masih tinggi. Namun, ia juga mengapresiasi Kota Surabaya karena bisa menurunkan angka kasus stunting hingga 11 ribu dalam waktu dua tahun.

“Prestasi kalau daerah bisa membuat stunting turun. Dua tahun lagi dengan langkah konsisten, tentu akan lebih bagus lagi. Tapi stunting masih tinggi di Jatim, terutama di daerah. Stunting ini multidimensi. Masalah ekonomi keluarga, sikap perilaku hidup, termasuk support masyarakat, pemerintah dan profesi,” pungkas dr Sutrisno. (dvd)