Kebijakan Import Gula Membuat Petani Tebu Malang Raya Menjerit, Apkrindo Lakukan Terobosan

oleh -89 Dilihat
oleh
Ketua Apkrindo Kota Malang, Indra Setiyadi.

MALANG, PETISI.CO Kebijakan impor gula yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat menimbulkan gejolak di kalangan petani tebu di Jawa Timur khususnya di Malang Raya.

Pengusaha restoran dan kafe Indra Setiyadi yang juga Ketua Apkrindo (Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia) Kota Malang menyampaikan keprihatinannya, Jumat (29/01) di Rumah Makan Kertanegara no 1 di Kota Malang.

“Ayo kita beli gula lokal, walaupun selisih harga sedikit agak mahal. Supaya yang tertimbun ini, bisa terserap dipasaran serta petani tebu bisa dibayar,” ajak Indra Setiyadi.

Indra Setiyadi mengimbau kepada anggotanya untuk turut membeli gula lokal. Imbauan ini dia sampaikan karena gula lokal tidak mampu bersaing dengan gula impor. Di samping harga gula impor yang lebih murah, juga jumlahnya yang cukup banyak.

“Dampaknya gula lokal menumpuk puluhan ribu ton dan petani tebu sangat kesulitan dalam masalah ini,” terangnya.

Gagasan dan gerakan membeli gula lokal akan disebarluaskan, serta menggandeng komunitas pengusaha lainnya. Misalnya PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia), dan APPBI (Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia).

Sebelumnya, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Malang, Pantjaningsih Sri Redjeki memberikan keterangan.

Kebijakan pemerintah pusat yang melakukan impor gula, membuat investor belum menjalankan niatnya untuk membeli hasil tebu rakyat.

Sedangkan menurut data, hasil dari Pabrik Gula Kebon Agung dan Krebet di Kabupaten Malang telah mencapai lebih dari 80.000 ton.

Permasalahan gula lokal ini sebenarnya telah dilakukan komunikasi bersama diantara para pemangku kebijakan.

Baik dari Pemerintah yang diwakili oleh Kemendag, KemenkopUKM, DPR RI, serta Asosiasi Petani Tebu. Telah terjadi kesepakatan sebesar Rp. 11.200 per kg untuk gula yang akan dibeli oleh investor di seluruh Indonesia.

Namun hal tersebut tidak mampu terwujud hingga saat ini. Nasib gula lokal tetap menumpuk di gudang-gudang pabrik.

Tercatat 12 Investor yang digadang-gadang membeli gula produksi pabrik lokal sampai hari ini belum memenuhi janjinya.

Ironisnya lagi disaat petani di Kabupaten Malang menjerit, terjadi penandatanganan impor gula sebanyak lebih dari 1,9 juta ton. Ternyata petani tebu harusnya berbuah manis disaat panen menjadi berasa pahit. (clis)

No More Posts Available.

No more pages to load.