NGANJUK, PETISI.CO – Diberlakukannya sistem check-lock pada lembaga birokasi tahun ini di Nganjuk, banyak ASN yang kalang-kabut. Sorotan itu terutama mengarah para guru yang kebetulan tempat tinggalnya jauh dari sekolah tempat mengajarnya. Padahal, sistem tersebut, tak begitu dipersoalkan bagi ASN non guru. Terlebih lembaga non-pemerintah.
Alhasil, dari hal tersebut, terjadilah pro-kontra pada dunia pendidikan khususnya di Nganjuk. Sehingga banyak yang tertekan atau setres tingkat rendah. Hal ini, jika dibiarkan, bakal jadi bom waktu. Banyak para pendidik yang setres.
Pada sistem check-lock datang pukul 07.00 WIB. Dan keluar sekolahan pukul 14.00. Sedang siswa rata-rata pulang pukul 12.30 WIB.
Jika sampai terlambat check-lock, akan mendapat sanksi dari atasannya, baik administrasi dan reputasi kariernya. “Sanksi dari atasan itu antara lain, tunjangan fungsional satu kali gajinya tidak bisa dicairkan, bila telat, lupa, ijin, atau sakit,” ujar salah seorang guru SMPN yang namanya enggan di publikasikan.
“Dalam hal check-lock, saya malah merasa senang. Semua berjalan disiplin. Karena pemerintah telah memberi kenikmatan & kemudahan bagi profesi guru. Jika dibanding masa-masa sebelumnya, ” tutur guru Matematika di SMPN terkenal di Nganjuk itu.
Keresahan tersebut, ada sebagian contoh yang mengakibatkan kecelakaan di jalan. Gara-garanya, mengejar check-lock ?!?
Seperti yang dialami Erna Tri Widayati, guru bidang studi Bahasa Jawa di SMPN 1 Wilangan Nganjuk ini. Ia mengalami kecelakaan, terjatuh dari sepeda motornya karena nabrak gerombolan kambing yang sedang melintas di tengah jalan di Dusun Wonorejo, Desa Ngudikan, Kecamatan Wilangan, dekat sekolahannya pada Kamis ( 8/3 ) pagi. Tubuhnya terpental ke aspal jalan tersebut, sampai tak sadarkan diri.
Hal tersebut mendapat respond yang sumbang dari seorang pimpinan DPRD Nganjuk. “Kecelakaan itu, jika dimaknai akibat mengejar check-lock, ini sangat fenomena banget, ” ujar Sumardi, SH, Wakil Ketua DPRD Nganjuk, koordinator bidang pendidikan, pada Kamis sore via phonselnya sembari kirim fotonya.
Jika tahu tempat kerjanya berjauhan, semestinya sudah bisa mempersiapkan jauh sebelum waktunya. ” Lagian itu kan sudah jadi tugas dan kewajibannya. Kenapa harus mempermasalahkan aturan demi kemajuan. Negara mau maju harus dari tingkat kedisiplinan. Mulai bawah ke atas, ” tutur anggota dewan 4 periode ini.
Diharapkan, kelalaian dan musibah secara pribadi itu jangan kambing-hitamkan satu aturan. Berpikirlah rasional. “Kecelakaan karna kelalaiannya kok menyalahkan aturan. Genah pora itu, ” pungkasnya.
Saat ini, korban kecelakaan masih dalam perawatan RSUD Nganjuk. Karena kondisinya lemah tak sadarkan diri saat kejadian. (tgh)