KH Abdul Chalim Ayahanda Kiai Asep Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

oleh -106 Dilihat
oleh
Kiai Asep di seminar nasional pengusulan kiai Abdul Chalim sebagai Pahlawan Nasional

SURABAYA, PETISI.CO – KH Abdul Chalim Leuwimunding, ayahanda KH Asep Saifuddin Chalim, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Amanatul Ummah, Mojokerto, Jawa Timur (Jatim) diusulkan meraih gelar Pahlawan Nasional.

Guna meraih gelar tersebut, para tokoh ulama hingga sejarawan hadir di gedung Islamic Center Surabaya, Sabtu (29/4/2023) untuk membedah perjuangan salah satu tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU) asal Majalengka, Jawa Barat ini.

Gubernur Khofifah foto bersama Nyai Machfudhoh Aly Ubaid, putri pendiri NU KH Abdul Wahab Chasbullah

“Alhamdulillah, hari ini bertempat di Gedung Islamic Center Surabaya dapat terselenggara Seminar Nasional dalam rangka pengusulan KH Abdul Chalim Leuwimunding sebagai Calon Pahlawan Nasional,” kata Ketua Panitia seminar, Muhammad Ghofirin kepada wartawan di sela acara seminar pengusulan KH Abdul Chalim Leuwimunding.

Gus Ghofirin mengatakan, seminar kali ini merupakan kali ketiga. Sebelumnya, seminar serupa diselenggarakan  di Gedung Yudha Abdi karya Pemkab Majalengka, Kamis (30/3/2023) dan Selasa (18/4/2023) di Ruang Delegasi, Gedung Nusantara V Lantai 2, Senayan, Jakarta Pusat.

“Pada seminar hari ini, diikuti 500 peserta, yang terdiri dari berbagai unsur diantaranya sejarahwan, ulama, akademisi, birokrat, dan masyarakat umum,” tuturnya.

Beberapa tokoh yang hadir, yakni Nyai Hj Machfudhoh-putri pertama KH Wahab Chasbullah, cucunya KH Hasyim Asyari, putranya KH Hasan Dipo hingga Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat, serta Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.

“Seminar ini, merupakan salah satu bagian untuk memenuhi persyaratan administrasi pengusulan Gelar Pahlawan Nasional,” tambah pengurus ponpes Amanatul Ummah ini.

Karena itu, pihaknya berharap para peserta seminar dapat memberi masukan dan memperkuat dokumen utama maupun dokumen pendukung pengusulan KH Abdul Chalim Leuwimunding sebagai Calon Pahlawan Nasional.

“Karena, bisa saja ada sejarah atau cerita yang terlewatkan, dengan adanya seminar diharapkan kita semua bisa mengetahuinya,” cetusnya.

Pihaknya memandang KH Abdul Chalim Leuwimunding layak menyandang gelar pahlawan nasional atas perannya dalam pendirian Nahdlatul Ulama (NU), sebagai mua’assis dan muharrik NU.

Selain itu, kiai Abdul Chalim sebagai mentol politik dan spiritual Laskar Hizbullah saat perjuangan melawan penjajah untuk kemerdekaan Republik Indonesia. “Dari hasil seminar ini, sepenuhnya kami serahkan kepada TP2GD (Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Daerah) Provinsi Jawa Barat,” sergahnya.

Pihaknya berharap setelah melalui proses pengkajian dan penelitian yang dilakukan, usulan Calon Pahlawan Nasional dinilai memenuhi kriteria. Sehingga proses dapat dilanjutkan hingga kepada Presiden Republik Indonesia guna mendapatkan persetujuan Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional bagi kiai Abdul Chalim.

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa juga menilai peran serta KH Abdul Chalim dalam pendirian NU hingga perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia ini, layak diganjar sebagai Pahlawan Nasional.

“Kebayang nggak Hubbul Wathon Minal Iman, cinta tanah air sebagian dari iman, maka itulah sebagian yang mendorong semangat nasionalisme. Sampai kemudian resolusi jihad. Nah ini jejak-jejak sejarah yang seperti ini harus didukung oleh dokumen yang kuat,” katanya.

Hal senada disampaikan Guru Besar Sosiologi Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya Prof Dr Abdul Halim. Kiai Abdul Chalim layak diusulkan sebagai Pahlawan Nasional, setelah melihat banyak jejak-jejak sejarah perjuangannya.

Tak hanya sebagai salah satu pendiri NU, tapi juga terlibat dalam perjuangan kemerdekaan dengan membentuk Laskar Hizbullah Cabang Majalengka, Cirebon di Jawa Barat, hingga jejak sejarah perjuangannya di jalur pendidikan, jalur perekonomian hingga jalur politik.

“Beliau mengusulkan agenda pentingnya kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia di komunitas hijaz atau sebelum NU berdiri. Usulan itu disampaikan ke KH Wahab Chasbullah. Dan banyak jejak sejarah beliau terkait pendirian NU hingga kemerdekaan bangsa Indonesia,” paparnya.

Ayahanda Kh Asep ini juga sebagai mentor politik dan menggembleng pasukan untuk mengatur strategi perang. “Beliau juga mentor spiritual sebagai memperkuat mentalitas laskar Hizbullah supaya tidak takut saat di medan pertempuran. Beliau juga mentor kekebalan tubuh bagi pasukan tempur dan laskar,” tandasnya.

Ketika terjadi pertempuran hebat di Kota Surabaya melawan sekutu pada Nopember yang saat ini dikenal sebagai Hari Pahlawan di 10 Nopember, KH Abdul Chalim waktu itu juga turut berperan meski tak menenteng senjata.

“Ketika serangan umum di Surabaya pada Nopember, beliau menyampaikan undangan pergerakan kiai yang ada di Jabar untuk bersama kiai-kiai di Jatim memobilisasi dan berkumpul di markas besar oelama (MBO) di Waru, Sidoarjo,” ungkapnya.

Sejarahwan Tim TP2GD  Jawa Barat Prof Dr H Ajit Thohir, M.CIHCS menambahkan, kiai Abdul Chalim selain sebagai pendiri dan penggerak NU yang berkontribusi dalam pendirian NU dan merebut kemerdekaan yang tidak hanya di Surabaya dan Jawa Barat. Juga salah satu yang meredam pergerakan DI/TII di Jabar.

“Pada waktu itu banyak kiai-kiai yang terpengaruh. Beliau menyadarkan ke para kiai agar kembali ke pangkuan ibu pertiwi, negara Indonesia. Beliau melakukan pendekatan politiknya yakni, merangkul dan tidak memukul, sehingga tidak ada konfrontasi,” ungkapnya.

Banyak aspek-aspek keunggulan (hagiografi) kiai Abdul Chalim, mulai dari keterlibatan di organisasi Serikat Islam (SI), menjadi salah satu pendiri NU, menjadi pendiri dan redaktur soeara nahdlatoel oelama, terlibat di laskar hizbullah hingga bergerak di bidang pendidikan dan perekonomian.

“Beliau membuat surat kabar soera oelama di Surabaya. Kemudian beliau membagikan dan menyebarkan hingga ke Jabar. Dan beliau juga terlibat hingga muncul Resolusi Jihad,” jelasnya.

Ketua PWNU Jabar KH Juhadi Muhammad memberikan dukungan sepenuhnya agar KH Abdul Chalim menjadi Pahlawan Nasional, seperti KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Chasbullah.

“Karena kita tahu semua, ketika kita membaca sejarah berdiri NU, maka tidak lepas dari peranan kiai Abdul Chalim. Sehingga, ketika hari ini diajukan untuk menjadi pahlawan nasional, saya pikir ini sangat layak sekali,” ujarnya.

Sementara itu, KH Asep Saifuddin Chalim, putra KH Abdul Chalim, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat mengusulkan dan mendukung ayahandanya meraih Gelar Pahlawan Nasional.

“Dalam rangka birrul walidain dan dalam rangka memberikan teladan pada generasi berikutnya pada anak turun kiai Abdul Chalim, kami merespon pengusulan Gelar Pahlawan Nasional bagi Ayahandanya tersebut dengan sebaik-baiknya,” tuturnya. (bm)

No More Posts Available.

No more pages to load.