Komisi IV Sesalkan Proyek RTH Gitik Rogojampi Lamban

oleh -60 Dilihat
oleh
Pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Gitik eks Pasar Hewan, di Rogojampi

BANYUWANGI, PETISI.CO Sekretaris Komisi IV DPRD Banyuwangi, Salimi menyayangkan lambannya pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Gitik eks Pasar Hewan, di Rogojampi.

Ditegaskan Komisi IV Padahal, lelang proyek lanjutan pembangunan ruang publik itu sudah dilaksanakan sebulan kemarin, ternyata proyek miliaran rupiah APBD Kabupaten Banyuwagi tidak kunjung dilaksanakan pemenang lelang.

“Kalau toh SPK sudah turun dan diserahakan kepada pihak kontraktor seyognyanya atau segera dilaksanakan. Agar pembangunan di Banyuwangi bisa secepatnya dinikmati masyarakat,” ujar Salimi saat ditemui di DPRD Banyuwangi.

Terlebih, posisi RTH tersebut terletak di belakang Pos KTL Rogojampi atau bekas pasar hewan itu kondisinya saat malam hari kurang bagus karena sering digunakan untuk aktifitas prostitusi PSK liar dan pria hidung belang.

“Kalau toh RTH itu rampung dan lampu penerang sudah terpasang, dipastikan dapat dinikmati masyarakat dan aktifitas prostitusi dapat terkendali,” ujar Salimi.

Salimi berharap, kepada PU Bina Marga jika sudah mengeluarkan SPK, bukan hanya proyek di RTH Gitik itu saja tapi semuanya, dan jika SPK sudah diluncurkan pasti ada deadline waktu yang diberikan kepada pihak pemborong agar betul-betul diperhatikan.

Apabila sudah lewat dari kurun waktu yang diberikan, PU Bina Marga berhak memanggil pemborong. Seandainya pemborong tidak mampu mengerjakan, bisa dilempar atau dialihkan kepada pemborong lain yang mampu mengerjakan. “Jangan sampai SPK sudah terima tapi pelaksanaannya berlarut-larut dan melampaui batas aturan, harusnya segera dilaksanakan secepatnya agar secepatnya dinikmati masyarakat,” tegas Salimi.

Seperti pernah diberitakan petisi.co sebelumnya, ruang terbuka hijau ini kondisinya mangkrak karena belum dikerjakan pemenang lelang.

Selain itu, mangkraknya lahan bekas pasar hewan ini sering meresahkan warga karena sering dimanfaatkan PSK liar dan pria hidung belang untuk pemuas nafsu.

Terlihat para PSK disana, menyebar mulai dari pintu masuk hingga ke belakang (tempat pembuangan sampah).

Meski sering diadakan razia oleh warga sekitar untuk tidak beroperasi lagi menjadi PSK, namun para PSK dan para hidung belang tersebut membandel, pasti besok malam harinya kembali lagi ke tempat itu.

Sudianto, tokoh masyarakat setempat, berharap pemerintah baik di tingkat kecamatan dan kabupaten, bisa turun langsung untuk memberantas penyakit masyarakat yang meresahkan warga di kampung halamannya tersebut. Pemerintah harus segera mempercepat pembangunan RTH.

“Kalau bangunan mangkrak, sudah tentu aktifitas seks komersial akan terus berjalan. Beda kalau sudah selesai dan ada pengelolaan yang benar,” pungkasnya. (ft)