Komunitas BIMS, Aktor di Balik Mural Bertema Sosialisasi Prokes

oleh -129 Dilihat
oleh
Mural terpampang di sepanjang Viaduk Ketabang Kali Surabaya, Hasil Karya Komunitas BIMS.

SURABAYA, PETISI.CO – Ada pemandangan berbeda yang terpampang di kawasan pusat Kota Surabaya, yaitu deretan mural berisi sosialisasi protokol kesehatan (prokes) oleh Pemkot Surabaya, di sepanjang dinding Viaduk Ketabang Kali Surabaya.

Lantas siapa yang menjadi eksekutor mural protokol kesehatan tersebut?

Ternyata, mural-mural tersebut dikerjakan oleh komunitas bernama Budal Isuk Moleh Sakarepmu atau yang sering disebut BIMS.

Saat dikonfirmasi oleh petisi.co, Koordinator BIMS, Luqman Hidayat (36) menjelaskan, pengerjaan mural tersebut merupakan permintaan dari Pemkot Surabaya, guna melakukan sosialisasi penerapan protokol kesehatan.

“BIMS bekerjasama dengan Pemkot Surabaya untuk membuat tema protokol kesehatan,” kata Luqman, Senin (19/10/2020).

Ia mengaku, jika pihaknya sudah sering bekerjasama dengan Pemkot Surabaya dalam hal dekorasi atau mempercantik beberapa titik-titik lokasi.

“Kami selalu kerjasama dengan pemkot mulai dari 2-3 tahunan ya. Pokoknya titik-titik tembok surabaya mesti kebanyakan komunitas BIMS,” ucap dia.

Namun untuk yang satu ini, ia merasa bangga karena dilibatkan dalam sosialisasi penerapan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19. “Ya bangga ikut sosialisasi proses tersebut,” ungkapnya.

Pengerjaan mural yang tergambar di dinding Viaduk Ketabang Kali memakan waktu selama 8 jam, dimulai pada pukul 18.00-01.00 WIB dan dikerjakan oleh 7 orang anggota BIMS.

Ia menerangkan, anggota yang terlibat proses penggarapan mural itu dibagi dalam beberapa job desk, seperti bagian sketsa, warna, lethering (penulisan), hingga finishing.

Saat disinggung mengenai kesulitan yang dihadapi saat proses mengerjakan, Luqman menyatakan bahwa hambatan yang paling menonjol adalah saat mulai melukis wajah dari maskot protokol kesehatan. Lantaran ia sendiri menyangkan jika orang yang berperasan sebagai maskot adalah karakter fiksi.

“Kesulitannya itu yang wajahnya tadi Pak Yunus (Camat Sawahan) itu. Saya gak tau maskot itu siapa, saya kira bebas aja orang gundul gitu aja. Ternyata ada (orang) yang asli, ya otomatis harus sama,” jelas alumni di salah PTN di Kota Surabaya ini.

Luqman menceritakan, jika ia juga memasukan ide dengan mengkombinasikan dengan kata-kata dasar atau tagline milik Pemkot Surabaya. Kemudian, hasil kombinasi itu dituangkan ke dalam sebuah kalimat dan dilengkapi dengan gambar orang sedang berdoa.

“Kata-kata atau taglinenya dari pemkot, kalau yang di tagline “Ndang Mari Coronane” itu saya tambah kata-kata “Ya Allah”. Saya tambahi, saya punya ide orang berdoa, terus saya tambahi (kata) “Ya Allah”,” ujarnya.

Pria yang sudah 3 tahun berkecimpung di dunia street art ini menambahkan sudah ada dua lokasi yang digambar mural berisi protokol kesehatan dan nantinya direncanakan akan bertambah.

“Masih dua ini, Di Viaduk Ketabang sama Lapangan Thor aja. Rencanaya di Mayjend Sungkono Under Pas sama Fly Over Mayangkara,” tutupnya. (nan)

No More Posts Available.

No more pages to load.