Kreativitas dan Inovasi Pemuda, Mesin Dinamis untuk Bangkit dari Situasi Krisis

oleh -103 Dilihat
oleh
Doa Bersama akhir Tahun 2020 dan menyongsong Jatim Bangkit 2021 di Grahadi, 31 Desember 2020, dihadiri Gubernur Khofifah dan Wagub Emil Dardak bersama Forkopimda Jatim.

SURABAYA, PETISI.CO – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur memiliki komitmen tinggi untuk dapat menjadikan Jawa Timur Bangkit di tahun 2021 pada masa pandemi Covid-19. Memulai tahun baru 2021, dengan semangat baru dan akan ada harapan baru.

Komitmen itu, disampaikan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa bersama Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak dan pejabat Fokopimda pada acara Doa Bersama akhir Tahun 2020 dan menyongsong Jatim Bangkit 2021 di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, 31 Desember 2020.

Guna menunjang program Jawa Timur Bangkit, Pemprov Jatim mengucurkan anggaran sangat besar. Dari APBD tahun 2021 sebesar Rp 32,8 triliun, 50 persen diarahkan kepada sektor esensial, seperti pendidikan dan kesehatan.

Seiring dengan komitmen tersebut, pada upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-29 di Halaman Gedung Negara Grahadi, Surabaya, 28 Oktober 2020 lalu, Gubernur Khofifah mengajak generasi muda untuk bangkit bersama-sama. Pemuda harus berinovasi, berkreativitas dan produktif pada masa pandemi Covid-19.

“Bahwa ada kontraksi ekonomi, iya. Tapi, itu juga dialami oleh 215 negara di dunia. Maka bangkitlah kita bersama-sama dengan tentu inovasi, kreatifitas, produktifitas, yang dimiliki oleh seluruh pemuda di negeri ini,” ujarnya.

Memberi penguatan kepada pemuda untuk mewujudkan program-program yang dirancang Pemprov Jatim, merupakan gagasan dan tindakan cerdas. Posisi pemuda jelas sangat-sangat strategis, apalagi jika dikaitkan dengan proyeksi masa depan.

Baliho Jawa Timur Bangkit terpampang di halaman Gedung Negara Grahadi.

Dalam struktur demografi juga menguatkan dan mengkonfirmasi hal ini, karena jumlah dan peran strategisnya. Efeknya jelas multidimensi dan merevitalisasi peran kelompok ini, akan menjadi pematik dan daya dorong lebih. Orang muda selalu identik dengan dinamisasi dan perubahan serta kecepatan.

Nah, itu sangat dibutuhkan saat ini dalam situasi vuca volatile (rentan), uncertain (tidak jelas), complexity (kompleks) dan ambiguity (ambigu). Apalagi pandemi Covid-19 juga belum selesai.

Sudah bukan saatnya lagi untuk saling menyalahkan. Sebagai pemuda, harus punya tanggung jawab dan tugas besar untuk ikut serta menentukan arah masa depan bangsa.

Pandemi Covid-19, justru jadi momentum melakukan gotong royong bersama seluruh elemen menghadapi masalah yang dihadapi pemerintah dan masyarakat.

Surabaya Memanggil

Kondisi itu mengilhami seorang mahasiswa FISIP Universitas Airlangga (Unair) Surabaya bernama Seno Bagaskoro. Bersama rekan-rekannya, mahasiswa semester 3 itu tergerak untuk ikut membantu pemerintah dan masyarakat terdampak pandemi Covid-19 di Jatim.

Merespon program Jawa Timur Bangkit, Seno dan kawan-kawan membentuk relawan Surabaya Memanggil. Sejak dibentuk pada awal Juli 2021 di tengah meningkatnya kasus Covid-19, jumlah relawan Surabaya Memanggil mencapai 2.500 orang.

Relawan Surabaya Memanggil berasal dari berbagai kalangan, mulai dari anak muda, pelajar, mahasiswa dan masyarakat dari berbagai profesi. Tugas mereka tidak ringan. Dalam menjalankan tugasnya, dibagi dalam beberapa divisi.

Ada yang bertugas di pemulasaraan jenazah di Rumah Sakit, pendampingan pasien isolasi mandiri di Asrama Haji Sukolilo, tenaga umum, administrasi dan sopir ambulans di Rumah Sakit Lapangan Tembak (RSLT), RS darurat Gelora Bung Tomo, pengangkut tabung oksigen, serta petugas vaksin massal di Puskesmas.

“Pemuda sekarang harus jadi motor penggerak dan mengambil peran di pandemi ini. Tidak perlu mempersoalkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), tapi saatnya kini melaksanakan Gotong Royong Berskala Besar (GRBB),” ujarnya.

Progam kerja Surabaya Memanggil seirama dengan pelayanan kerja CETTAR milik pemprov Jatim. CETTAR adalah program Nawa Bhakti Satya yang diperas atau dirangkum untuk 99 hari pertama kerja, Khofifah-Emil ingin menangani setiap kejadian yang muncul dengan Cepat, Efektif, Tanggap, Transparan, dan Responsif (CETTAR).

Penanganan cepat, efektif, tanggap dan responsif relawan ini dilakukan secara bertahap. Tahapan pertama yang menjadi fokus utama adalah masalah kesehatan. Dimana, pada awal Juli 2021, kasus Covid-19 di Surabaya khususnya meningkat tajam.

Angka keterisian tempat tidur alias Bed Occupancy Rate (BOR) pernah mendekati 100 persen, positive rate tinggi, tingkat vaksinnya juga rendah dan angka kematian juga sangat tinggi. Namun, pada pertengahan September, kasus Covid-19 di Jatim menurun tajam hingga akhirnya masuk level 1.

Kinerja relawan Surabaya Bangkit cepat dan efektif ditunjukkan ketika rumah sakit rujukan Covid-19 dan rumah sakit darurat membutuhkan bantuan tenaga kesehatan, para relawan langsung turun ke lapangan.

Relawan Surabaya Memanggil membantu pemakaman jenazah pasien Covid-19 di TPU Keputih, Surabaya.

Ketika terjadi peningkatan kasus Covid-19 di Surabaya pada pertengahan Juli 2021 lalu, menerjunkan 35 orang relawan untuk membantu tim medis di Rumah Sakit Lapangan Tembak (RSLT) dengan katagori Orang Tanpa Gejala (OTG) dan gejala ringan

Pun masalah kedaruratan, relawan siap membantu warga yang membutuhkan bantuan mobil ambulan dan lain-lainnya. “Itulah yang bisa kami sumbangkan. Kami tidak bisa memberikan sumbangan materi, tapi hanya bisa memberikan sumbangan tenaga, pikiran, waktu, ide dan gagasan. Jadi, ada banyak pekerjaan dan profesi yang digeluti para relawan,” paparnya.

Tugas relawan ini tak berhenti di situ. Jika masalah kesehatan teratasi, seiring turunnya jumlah kasus Covid-19 pada bulan Agustus dan pada pertengahan September 2021, provinsi Jatim masuk level 1, relawan Surabaya Memanggil membantu pemerintah di sektor lain. Misalnya, penanganan pemulihan ekonomi.

Selama pandemi Covid-19, banyak industri-industri yang kolaps. Yang masih bertahan hidup adalah gerakan-gerakan ekonomi yang bergantung pada jaringan kemandirian, seperti Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

“Ini jadi momentum bagi para relawan kami. Melihat potensi yang ada di sekitarnya untuk bisa melakukan gerakan-gerakan mandiri,” tandas pria berusia 20 tahun itu.

Apalagi, sekarang era digital. Bagaimana kecakapan digital yang dimiliki anak muda bisa dikonversikan ke potensi UMKM lokal yang masih aktif. Kalau mereka bisa melakukan kolaborasi dan sinergi di wilayahnya masing-masing, ini akan menjadi gerakan baru yang bisa membangun keseimbangan-keseimbangan new normal setelah pandemi Covid-19 berlalu.

Perlu Difasilitasi

Program Jawa Timur Bangkit yang bertumpu kepada anak muda tidak boleh sekadar menjadi slogan, tetapi juga harus menjadi roh, sumber kekuatan dan energi penunjuk jalan dan membuka peta masa depan lebih baik bahwa pemuda Jatim ditempatkan dalam posisi terhormat dan strategis.

Menurut Dekan Fisip Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Surokim Abdussalam, generasi muda adalah kelompok yang paling adaptif, cermat dan flexible dalam melihat perubahan dan membaca trend ke depan yang akan terjadi. Jika kekuatan ini bisa direvitalisasi, dia yakin progresivitas dan akselerasi bisa dilakukan lebih mudah.

Pemuda juga identik dengan kreativitas dan inovasi yang jika difasilitasi, didorong akan menjadi mesin dinamis bagi upaya bangkit dari situasi sulit. Kelompok-kelompok kreatif inovatif ini yang bisa menyelamatkan kita dari situasi krisis.

“Sungguh tepat jika pemuda mendapat porsi perhatian lebih. Saya pikir sudah waktunya direvitalisasi agar perannya bisa lebih kongkrit dan bermakna signifikan untuk keluar dari situasi pandemi,” ujarnya.

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya UTM, Surokim Abdussalam

Kreasi dan inovasi yang potensial bisa menggerakkan potensi kreatif daerah. Dengan potensi itu, pemuda akan menjadi lokomotif dan gerbang terdepan bisa mengerakkan banyak hal. Tidak hanya ekonomi, tetapi juga budaya dan juga peradaban yang lain.

Jika kekuatan potensi kreatif itu tumbuh maka akan berimplikasi kepada sektor lain lebih cepat. Pemulihan ekonomi, sosial dan budaya juga akan lebih cepat, karena mereka kekuatan yang dinamis. Potensi kreatif daerah sangat-sangat bertumpu pada generasi muda.

Lebih kongkrit peran pemuda untuk menggerakkan ekonomi digital akan sangat bertumpu kepada kapitalisasi potensi kreatif dan inovasi pemuda. Jangan sampai mereka berjuang sendiri, bangkit sendiri.

“Jadi, harus ada perhatian, fasilitasi dan pengembangan potensi ekonomi kreatif digital itu. Jika ekonomi kreatif itu bisa bergerak dengan topangan pemuda, saya yakin upaya bangkit dan pulih dari pandemi akan jauh lebih cepat dan akseleratif,” paparnya.

Mahasiswa hadir dan terjun di lapangan. Mereka dituntut untuk mampu mengidentifikasi permasalahan dan ikut mencarikan solusi atas permasalahan yang terjadi dilingkungannya.(bm)

No More Posts Available.

No more pages to load.