Kuliner Legendaris Khas Sidoarjo, Dawet Bakeran Dicintai Pelanggan Sejak Tahun 1955

oleh -120 Dilihat
oleh
Dawet bakeran original tampilan merah merona begitu menggoda konsumen

Sidoarjo, petisi.co – Puluhan warga terlihat memadati stand pedagang dawet bakeran yang berada di Jalan Sunandar Priyo Sudarmo, Kecamatan Kota Sidoarjo, Selasa (18/3/2025).

Mereka rela antre berdiri demi bisa membawa pulang kuliner legendaris khas Sidoarjo tersebut. Meski terik matahari begitu menyengat tak mengurungkan niat sedikitpun pembeli untuk mundur.

Vonnysia dan Nur Melani (berdua kanan) tak lelah melayani pelanggan dawet Bakeran

“Antriannya gak lama kok, cuman sebentar. Paling lama tiap orang 2 sampai 3 menit. sebab penjualnya cekatan dalam membungkus dawet legendaris ini. Pantang pulang sebelum bungkus dawet bakeran,” ucap Sumarni, warga Rungkut Surabaya seraya tertawa.

Menurut wanita berusia 75 tahun ini, dirinya sudah sejak lama berlangganan dawet bakeran. Cita rasa manis lembut dimulut, menjadi alasan ia untuk terus berlangganan. Meski jauh, ia nekat datang diantar cucunya demi bisa membeli dawet kesukaan.

Nur Kholifah warga buduran pelanggan setia dawet bakeran kerap borong untuk berbagi takjil

“Saya langganan sudah lama, dari semenjak Pak Bakeran jual dawet dengan dipikul lalu buka stand di dalam pasar, sampai sekarang diteruskan cucunya jualan di jalan raya. saya suka beli dawet ini dari sejak kecil masih gadis. Sebab rasanya lain dari yang lain. Empuk dan lembut di mulut,” tutur nenek empat cucu ini.

Pendapat senada disampaikan Nur Kholifah, warga Buduran yang mengaku senang dengan dawet bakeran lantaran cita rasa manis, gurih dan lembut. Hampir setiap hari selama bulan Ramadan, borong dawet untuk acara keluarga dan berbagi takjil.

“Hari ini saya beli 30 bungkus untuk takjil dibagikan ke masyarakat. Saya sudah langganan lama, sering beli disini karena ini dawet legendaris. Menurut saya dawet bakeran enak, lembut, manis dan gurih. Hampir tiap hari saya beli untuk acara keluarga, selain itu diminum dingin saat berbuka puasa juga enak,” terangnya.

Sementara itu, Vonnysia (36) salah seorang pengelola dari generasi ketiga dawet bakeran, mengatakan rahasia resep leluhur menjadi andalan dalam menjaga mutu. Sehingga pelanggan tidak lari dan tetap setia berlangganan selama bertahun-tahun.

“Dawet bakeran sudah ada sejak tahun 1955. Kami tiga bersaudara, merupakan generasi ketiga dari usaha ini. Ada saya paling bungsu, kakak perempuan Nur Melani dan kakak cowok Isa bakar. Kami memegang teguh resep leluhur. Mulai dari bahan hingga pengolahan harus sesuai pakem yang diajarkan kakek bakeran. Sehingga rasa dan kualitas dawet dapat terjaga,” bebernya.

Selain keistimewaan rasa, lanjut Vonny, dawet bakeran lebih tahan lama dibandingkan produk sejenis. Untuk suhu normal, dawet buatannya mampu bertahan hingga jam 9 malam. Namun jika disimpan dalam lemari es bisa tahan hingga 3 hari.

“Proses masaknya dari jam 12 malam hingga jelang subuh. Untuk jualannya sendiri saat Ramadan buka jam 7 pagi sampai jam 2 siang. Kami jamin dawet bakeran tahan lama. Khusus dalam kulkas bisa bertahan sampai 3 hari,” akunya.

Vonny menyebut dawet bakeran tersedia dalam 3 varian rasa, yakni original, aren dan pandan. Dari 3 pilihan rasa tersebut, varian original paling disukai para pelanggan.

“Best seller original variant. Penjualan original saja per hari antara senin sampai jumat bisa mencapai kisaran 600-700 bungkus. Sedangkan akhir pekan seperti sabtu minggu atau hari libur nasional permintaan bisa sampai diatas 1.000 hingga 1.200 bungkus,” kata dia.

Selain diminati pembeli sekitar Sidoarjo dan Surabaya, Ia juga melayani permintaan pelanggan dari Banyuwangi dan pulau dewata Bali.

“Pelanggan luar kota bentuknya cup. Seperti Surabaya, Banyuwangi hingga paling jauh Bali. Mereka rata-rata pesan antara 100 sampai 600 cup sekali belanja,” tutupnya dengan senyum mengembang. (luk)