Kurangi Defisit Perdagangan Luar Negeri, Pengamat: Indonesia Butuh Kilang Minyak

oleh -138 Dilihat
oleh
Rembuk Migas dan Media, Peluang dan Tantangan Sektor Hulu Migas dalam rangka HUT Hari Pers Nasional di Surabaya

SURABAYA, PETISI.CO – Negara Indonesia masih membutuhkan pembangunan kilang minyak untuk mengurangi defisit perdagangan luar negeri. Sejak era Presiden Soeharto hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), bangsa ini belum punya kilang minyak.

Hal itu dikatakan pengamat ekonomi Hadi Prasetyo kepada wartawan usai acara rembuk Migas dan Media, Peluang dan Tantangan Sektor Hulu Migas dalam rangka HUT Hari Pers Nasional di Surabaya, Rabu (6/2/2019).

Dijelaskan, investasi di kilang minyak ini sangat diperlukan untuk mengurangi defisit neraca perdagangan luar negeri. Keberadaannya dapat memangkas impor yang masih didominasi migas.

Selama ini, Indonesia selalu melakukan ekspor minyak mentah. Begitu sudah jadi, di impor kembali ke dalam negeri. “Kondisi tersebut, sangat merugikan perdagangan luar negeri,” tegas mantan Asisten II Bidang Ekonomi Sekdaprov Jatim ini.

Meski diakuinya bahwa pembuatan kilang minyak tidaklah mudah. Ada campur tangan politik didalamnya. Hampir semua industri bisnis migas dalam tanda petik sedikit atau banyak ada pertimbangan politiknya.

“Minyak itu dimanapun sangat berpengaruh kepada pengambilan keputusan nasional. Kalau dilihat keputusannya di kilang minyak, tentu ada sesuatu yang merasa rugi. Sekarang, tinggal kedepan pengambilan keputusan seperti apa,” ujarnya.

Kepala SKK Migas Jabanusa Ali Masyar menambahkan, sebenarnya wacana pembangunan kilang minyak terus mencuat. Salah satu yang dibidik adalah Tuban dengan menggandeng investor asal Rusia Rosneft Oil Company. Namun ternyata saat ketika akan direalisasikan, ada kendala di lapangan.

Masyarakat sekitar disebut menolak pembangunan kilang minyak di wilayah tersebut. “masalahnya nggak jauh-jauh dari situ. hambatan gangguan misalnya ada yang nggak boleh dibebaskan Tanahnya,” kata Ali yang juga turut hadir dalam diskusi tersebut.

Akhirnya sempat ada wacana pemindahan kilang minyak di Situbondo. Tetapi rupanya rencana tersebut juga batal. Presiden Joko Widodo belum lama ini meminta pembicaraan pembangunan kilang minyak di Tuban dilakukan secara baik-baik.

“Terakhir ini termasuk saya provokasi kemarin waktu mendampingi Pak Menteri ESDM sama Direktur Utama Pertamina dan Bupati Tuban. Kepada pak Bupati Tuban saya minta untuk dibantu, kan sudah dua periode, kalau ini berhasil dibangun di Tuban jadi kenang-kenangan,” sebutnya.

Ali menilai, banyak dampak ekonomi yang dapat dimanfaatkan jika pembangunan kilang minyak direalisasikan. Salah satunya terbukanya kesempatan kerja bagi warga Tuban. “Selain dapat mengurangi defisit neraca perdagangan,” tandasnya.

Data BPS, nilai neraca perdagangan Indonesia Desember 2018 mengalami defisit sebesar USD 1,10 miliar yang dipicu oleh defisit sektor migas dan nonmigas masing-masing sebesar USD 0,22 miliar dan USD 0,88 miliar. (bm)

 

No More Posts Available.

No more pages to load.