Lawan Hoax dan SARA, KAHMI Harus Perkuat Soliditas Internal

oleh -69 Dilihat
oleh
Koordinator Presidium MN KAHMI Prof DR R Siti Zuhro saat jumpa pers di hadapan wartawan.

KAHMI untuk NKRI

JAKARTA, PETISI.CO – Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) adalah organisasi kekeluargaan atau wadah paguyuban alumni HMI, para cendekia yang bersifat independen.

“KAHMI ada karena adanya HMI. Oleh karena itu, sebagai organisasi kekeluargaan, penting bagi KAHMI untuk saling memperkuat ukhuwah Islamiyah, senantiasa menjaga tali silaturahmi,” ujar Prof Dr R Siti Zuhro, MA, Koordinator Presidium Majelis Nasional KAHMI, di Jakarta, kepada wartawan Minggu (11/3/2018).

Untuk itu, kata Siti Zuhro, anggota KAHMI yang tersebar di seluruh Indonesia ibarat pelangi yang membentang dari Sabang  sampai Merauke, warna warni bidang  keahlian, profesi, dan afiliasi politik, serta organisasinya.

“Kekuatan yang mengikat alumni HMI adalah kesamaan nilai Islam sebagai pedoman hidup,” ujarnya.

Karena itulah, kata Siti Zuhro, independensi KAHMI membuatnya tidak memihak salah satu partai, organisasi keagamaan, atau organisasi lain manapun. “KAHMI tidak berpolitik praktis.”

Meskipun demikian, tidak berarti KAHMI buta politik. Sebagai warga negara dan insan cendekia, KAHMI memiliki kewajiban untuk turut membangun bangsa dan negara.

KAHMI berkewajiban untuk menjaga dan merawat NKRI.  Sebagai Muslim, KAHMI berkewajiban menegakkan amal makruf nahi munkar, termasuk dalam politik.

“Tetapi, politik KAHMI bukan politik praktis, melainkan politik moral yang menekankan pada nilai,” tegasnya.

Saat ini, kata Siti Zuhro,  bangsa Indonesia sedang menghadapi ancaman ‘keterbelahan’. Berbagai macam ujaran kebencian, berita hoax dan informasi yang mengandung unsur SARA yang dijumpai di media sosial, khususnya, cukup mengkhawatirkan kelangsungan hidup bangsa dan NKRI di tengah berbagai persoalan pembangunan. Lebih-lebih di tahun-tahun politik saat ini.

Dalam hal ini, menurut Siti Zuhro,  KAHMI perlu mengambil peran untuk turut membantu bangsa dan negara mencari akar persoalan dan memberikan solusi konkritnya : apakah bangsa Indonesia sudah berubah menjadi bangsa yang intoleran, yang tak lagi menghargai sopan santun dan nilai-nilai agama?

“Atau apakah fenomena ini merupakan letupan sublimasi dari kesenjangan sosial ekonomi yang dirasakan makin tinggi atau karena faktor lain? Lalu apa solusinya?”

Untuk menjawab persoalan tersebut, kata Siti Zuhro, penting bagi KAHMI untuk pertama-tama melakukan penguatan soliditas internal dengan membangun konsolidasi dan kesepahaman.

Dengan soliditas yang kokoh dan kesepahaman tujuan yang didasarkan atas nilai-nilai Islam serta 5 insan cita HMI (kualitas insan akademis, pencipta, pengabdi, bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT), diharapkan terjalin sinergi yang kuat untuk turut melakukan perbaikan atas persoalan yang dihadapi bangsa dan negara.

Sebagai organisasi alumni HMI, menurut Siti Zuhro, KAHMI memiliki tanggung jawab untuk turut melakukan pembinaan pada HMI. Karena kesinambungan dan masa depan KAHMI tergantung pada HMI.

Sebagai generasi penerus KAHMI, HMI perlu mendapat pembinaan, baik menyangkut organisasi, intelektualitas, maupun bidang akademis.

“Tetapi, hal tersebut tidak dimaksudkan untuk membuatnya menjadi organisasi yang dependen, melainkan untuk membantu mengarahkannya menjadi organisasi yang independen karena mereka adalah intelektual muda yang cerdas, penuh improvisasi dan inovasi,” tambahnya.(yrs)

 

No More Posts Available.

No more pages to load.