MASIHKAH kita mengingat istilah komprador politik? Dulu istilah ini kerap jadi bahan diskusi hangat di warung kopi, saat semangat mahasiswa menyala dalam obrolan tentang nasib bangsa. Istilah ini merujuk pada sosok atau kelompok yang bekerjasama dengan kekuatan asing demi kepentingan politik dan ekonomi—sering kali dengan mengorbankan kepentingan nasional.
Dalam konteks kekinian, komprador politik adalah:
– Politikus atau pejabat yang memperoleh kekuasaan lewat dukungan asing.
– Partai atau kelompok yang memprioritaskan kepentingan luar negeri dibanding bangsa sendiri.
– Agen ekonomi-politik asing yang memanfaatkan sumber daya nasional untuk keuntungan luar.

Fenomena ini jelas mengancam kedaulatan negara, dan inilah mengapa Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) masih memiliki peran strategis sebagai representasi kaum nasionalis muda. Namun, ada beberapa catatan penting untuk menjawab: masihkah GMNI relevan?
Kekuatan GMNI
– Mengusung semangat nasionalisme berdasarkan ajaran Bung Karno.
– Memiliki basis ideologi kuat dan historis sebagai gerakan mahasiswa progresif.
– Mampu menjadi kontra narasi terhadap arus politik yang menjauh dari kepentingan rakyat.
Tantangan dan Kritis Diri
Elitis dan Reaksioner: Tak jarang GMNI dan gerakan mahasiswa lain terjebak pada simbolisme dan eksklusivitas.
Kurangnya Interaksi dengan Rakyat: Minimnya sentuhan langsung dengan basis massa menjadikan gerakan tak menyentuh kebutuhan riil rakyat.
Ketergerusan oleh Ormas Elitis: Masuknya organisasi luar kampus dengan kepentingan politik pragmatis bisa mengaburkan arah juang.
Langkah Strategis Memperkuat Relevansi
– Adaptasi dengan teknologi informasi untuk memperluas jangkauan gagasan nasionalisme.
– Membangun aliansi konkret dengan buruh, petani, dan pekerja, karena mahasiswa pada akhirnya juga bagian dari rakyat pekerja.
– Menyusun program kaderisasi yang menyatu dengan isu kontemporer, bukan sekadar romantisme masa lalu.
Potensi GMNI ke Depan
- Membangun Kesadaran Nasional: Jadi corong utama dalam pendidikan politik dan nasionalisme rakyat.
- Menggerakkan Aksi Kolektif: Turun ke jalan bukan sekadar protes, tapi dalam gerakan sadar dan terukur.
- Menghubungkan Jaringan Progresif: Menjadi simpul penggerak antara akademisi, rakyat, dan elemen bangsa yang anti-komprador.
Kesimpulan
GMNI masih sangat mungkin menjadi garda terdepan dalam melawan komprador politik—asalkan mampu bertransformasi, kembali menyatu dengan rakyat, dan tetap setia pada ideologi nasionalisme kerakyatan Bung Karno. (*)
*penulis adalah: Bagus Budi Antoro, Ketua DPD APKASINDO Kabupaten Sijunjung