Melek Budaya, Kajian Manuskrip Kuno Sunan Drajat Dikupas Untuk Generasi Milenial

oleh -111 Dilihat
oleh
Tadarus Budaya mengkaji manuskrip kuno Sunan Drajat.

LAMONGAN, PETISI.CO – “Menyelami Ajaran Sunan Drajat dalam manuskrip Khatrah” merupakan tema acara yang digagas oleh Pengurus Lesbumi MWC NU Paciran sekaligus Tadarus Budaya Dan Tahlil Untuk KH. Agus Sunyoto Digelar Di Pendopo Dalem Kesepuhan Sunan Drajat, Selasa (28/4/21).

Kegiatan yang berlangsung selepas sholat tarawih di Pendopo Ndalem Keluarga Sunan Drajat tersebut menghadirkan kolektor manuskrip peninggalan Sunan Drajat, yakni Rahmat Dasy dan sejarawan yang juga dari keluarga Trah Drajat Raden Imam Muslihin.

Diskusi yang mengupas isi Khatrah itu berlangsung gayeng.

Diskusi yang mengupas isi Khatrah itu berlangsung gayeng. Peserta yang didominasi dari kaum muda begitu antusias menyimak papaparan dari kedua narasumber tersebut untuk melek budaya warisan leluhur.

Dalam pembahasannya, Rahmat Dasy menyampaikan dengan lugas perihal banyaknya manuskrip yang belum tersentuh dan dikaji lebih mendalam dari ajaran-ajaran Raden Qosim tersebut.

Khatrah yang berarti krentek-e ati (bahasa Jawa) memiliki tafsir yang begitu fundamental mengenai ikhwal ketauhidan. “Empat nilai yang terkandung dalam salah satu manuskrip itu adalah malakiyun, aqliyun, nafsaniyun dan syaithoniyun,” bebernya

Begitu juga Raden Imam yang menyampaikan bagaimana metode dakwah yang selama ini digunakan oleh Sunan Drajat dalam penyebaran Islam di masyarakat sekitar hingga menjadi epicentrum kebudayaan Islam di wilayah pesisir Lamongan.

“Dengan adanya acara seperti ini, paling tidak kita sebagai generasi muda bisa tahu, tentang pitutur-pitutur luhur yang ada dalam manuskrip-manuskrip Raden Qosem Sunan Drajat,” tutur luqman, selaku Ketua Lesbumi MWC NU Paciran.

Acara tadarus budaya ini juga diawali dengan pembacaan tahlil atas wafatnya Ketua Lesbumi PBNU, Bapak KH. Agus Sunyoto tadi pagi, dilanjut dengan perform teatrikal dari teater srulink Insud, dan Pembacaan puisi oleh saudara Mahrus Ali dan Maidi Abe selaku sastrawan lamongan.

Ketua Lesbumi MWC NU Paciran Lukman Hakim mengatakan acara seperti ini akan terus diagendakan setiap malam purnama.

“Kajian kebudayaan seperti ini akan terus kita kembangkan sesuai permintaan para kiyai, karena seiring jaman kebudayaan dan tradisi peninggalan leluhur semakin ditinggalkan oleh kaum millenial,” ujar Cak Tohex panggilan akrab Lukman Hakim. (ak)

No More Posts Available.

No more pages to load.